Senin, 08 Juni 2015

More Than Just A Sport

Kenapa saya bikin posting ini, berawal dari salah satu chat yang muncul di grup WA temen-temen SMA saya. Well, you know. That kind of broadcasting message. Yang diawali atau diakhiri dengan kata-kata ‘copas dari grup sebelah’. (Which I still find weird, as if grup-grup WA itu para tetangga yang tinggal dalam satu kompleks perumahan).

Anyway, inti dari chat itu adalah, kritik tentang kenapa rakyat Indonesia seakan-akan begitu bersemangat dengan SEA Games, begitu berharap memperoleh medali emas padahal emas di Indonesia sendiri habis dijarah kaum kapitalis.

I read it and can’t help but to think, dude, what is your problem?

It’s just so….irrelevant. Konteksnya beda banget. Kalo mengutip istilah Patrice, sama kek kita mengkritisi bahwa hari ini kita makan enak sementara masih banyak anak-anak di Afrika sana yang kelaparan.

Saya yang biasanya diem aja, sekali ini gak tahan untuk gak komentar. Entahlah. Mungkin karena sekali ini sudah menyinggung a topic that I am fond of.

Mereka pikir bisa bertanding di kancah internasional itu gampang? Mereka pikir bisa dapet medali emas itu gampang? Like, seriously, all those hardworks that the athletes have done, do they really want to take it for granted?

Saya gak ngerti abis, kok bisa-bisanya mereka nggak ikut bangga kalo merah putih berkibar, denger Indonesia Raya dikumandangkan.

Nasionalisme itu luas. Tiap orang bisa punya cara masing-masing untuk berusaha membanggakan Indonesia di mata dunia.
Dan para atlet profesional, ya cara mereka adalah dengan berusaha berprestasi sebaik-baiknya di di kancah dunia.

So, this is a scrap of the chat that I am talking about:
Ratusan atlet Indonesia. Jutaan pendukung kontingen Indonesia. Berharap Indonesia mendapat medali EMAS sebanyak-banyaknya di SEA Games.
Atas nama nasionalisme mereka dukung hingga mati demi segelintir emas.
Di sisi lain jutaan ton emasnya sendirri dibiarkan dirampok dan dihabisi oleh SEA PENJAJAH yang berkoalisi dengan Pemerintah atas nama pemnafaatan sumber daya energi.
Konyol memang sangat konyol. Ratusan atlet berebut bersaing hanya demi segelintir emas dengan dukungan dari rakyat Indonesia tapi emasnya yang begitu banyak tidak mereka pertahankan.
Apa yang mereka dapat hanya sebatas pengakuan dunia dengan ungkapan congratulation semata dan sekeping emas di dada.

I swear that that passage is like one of the most stupid, one of the most ridiculous thing I have ever read.
It’s a competition, for God’s sake. And no, we’re not just fighting for that thing you called- sekedar sekeping emas di dada. The gold medal is nothing but a symbol. Yang diperjuangkan oleh para atlet itu dan didukung oleh rakyat Indonesia (saya tadinya mau ngomong segenap tapi ternyata masih ada orang-orang picik kek gini), adalah nama Indonesia, untuk menunjukkan bahwa hey, we’re also good in something. No, we’re not just good, we can be the best.
Dan…'sekedar pengakuan dunia'. Seriously, doesn’t it mean nothing to you at all???

Sumpah saya gak ngerti abis maunya apa. Perwakilan Indonesia jadi juara, berhasil menunjukkan bahwa mereka bisa berpestasi, bisa menjadi yang terbaik, AND YOU STILL THINK IT’S NOTHING???

Look at this.
First Gold Medal for Indonesia in an Olympic Games
Susi Susanti. Barcelona, 1992. Medali emas pertama Indonesia di Olimpiade. If it means nothing to you, if it’s not something that makes you proud to have her as someone who fought in the name of Indonesia, then get out of my way.

Saya sumpah, jadi pengen nanya ke mereka. Oke, lalu kamu udah ngapain untuk menunjukkan nasionalisme kamu? Kamu udah pernah ngapain yang bisa bikin Indonesia bangga? Yang bisa membuat dunia tidak hanya sekedar memandang sebelah mata terhadap Indonesia?
Hendra Setiawan/M. Ahsan. Gold Medal. Asian Games 2014

Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, Gold Medal. Asian Games 2014

Saya belum bisa membanggakan Indonesia. Saya masih jauh dari bisa melakukan sesuatu yang membuat Indonesia bangga. Tapi at least, at the very least, I cheer for my national team, for I know they are doing the best that they can do for my country, for our country.
For me, sport can be more than just sport.
It unites people.


And it’s more than just about nationality.
In football, you see a roller coaster of emotion. No, not just about the players. The fans, the atmosphere. You learn about hard work, persistence, loyalty, and even… a little bit of magic.  And since football, like a lot of other sport, unites people, it become one of the most effective ways to promote the campaign against cruel things like racism and others.

Some people might see it as just sport. But really, it’s more. It’s more than that.

5 komentar:

Senin, 08 Juni 2015

More Than Just A Sport

Kenapa saya bikin posting ini, berawal dari salah satu chat yang muncul di grup WA temen-temen SMA saya. Well, you know. That kind of broadcasting message. Yang diawali atau diakhiri dengan kata-kata ‘copas dari grup sebelah’. (Which I still find weird, as if grup-grup WA itu para tetangga yang tinggal dalam satu kompleks perumahan).

Anyway, inti dari chat itu adalah, kritik tentang kenapa rakyat Indonesia seakan-akan begitu bersemangat dengan SEA Games, begitu berharap memperoleh medali emas padahal emas di Indonesia sendiri habis dijarah kaum kapitalis.

I read it and can’t help but to think, dude, what is your problem?

It’s just so….irrelevant. Konteksnya beda banget. Kalo mengutip istilah Patrice, sama kek kita mengkritisi bahwa hari ini kita makan enak sementara masih banyak anak-anak di Afrika sana yang kelaparan.

Saya yang biasanya diem aja, sekali ini gak tahan untuk gak komentar. Entahlah. Mungkin karena sekali ini sudah menyinggung a topic that I am fond of.

Mereka pikir bisa bertanding di kancah internasional itu gampang? Mereka pikir bisa dapet medali emas itu gampang? Like, seriously, all those hardworks that the athletes have done, do they really want to take it for granted?

Saya gak ngerti abis, kok bisa-bisanya mereka nggak ikut bangga kalo merah putih berkibar, denger Indonesia Raya dikumandangkan.

Nasionalisme itu luas. Tiap orang bisa punya cara masing-masing untuk berusaha membanggakan Indonesia di mata dunia.
Dan para atlet profesional, ya cara mereka adalah dengan berusaha berprestasi sebaik-baiknya di di kancah dunia.

So, this is a scrap of the chat that I am talking about:
Ratusan atlet Indonesia. Jutaan pendukung kontingen Indonesia. Berharap Indonesia mendapat medali EMAS sebanyak-banyaknya di SEA Games.
Atas nama nasionalisme mereka dukung hingga mati demi segelintir emas.
Di sisi lain jutaan ton emasnya sendirri dibiarkan dirampok dan dihabisi oleh SEA PENJAJAH yang berkoalisi dengan Pemerintah atas nama pemnafaatan sumber daya energi.
Konyol memang sangat konyol. Ratusan atlet berebut bersaing hanya demi segelintir emas dengan dukungan dari rakyat Indonesia tapi emasnya yang begitu banyak tidak mereka pertahankan.
Apa yang mereka dapat hanya sebatas pengakuan dunia dengan ungkapan congratulation semata dan sekeping emas di dada.

I swear that that passage is like one of the most stupid, one of the most ridiculous thing I have ever read.
It’s a competition, for God’s sake. And no, we’re not just fighting for that thing you called- sekedar sekeping emas di dada. The gold medal is nothing but a symbol. Yang diperjuangkan oleh para atlet itu dan didukung oleh rakyat Indonesia (saya tadinya mau ngomong segenap tapi ternyata masih ada orang-orang picik kek gini), adalah nama Indonesia, untuk menunjukkan bahwa hey, we’re also good in something. No, we’re not just good, we can be the best.
Dan…'sekedar pengakuan dunia'. Seriously, doesn’t it mean nothing to you at all???

Sumpah saya gak ngerti abis maunya apa. Perwakilan Indonesia jadi juara, berhasil menunjukkan bahwa mereka bisa berpestasi, bisa menjadi yang terbaik, AND YOU STILL THINK IT’S NOTHING???

Look at this.
First Gold Medal for Indonesia in an Olympic Games
Susi Susanti. Barcelona, 1992. Medali emas pertama Indonesia di Olimpiade. If it means nothing to you, if it’s not something that makes you proud to have her as someone who fought in the name of Indonesia, then get out of my way.

Saya sumpah, jadi pengen nanya ke mereka. Oke, lalu kamu udah ngapain untuk menunjukkan nasionalisme kamu? Kamu udah pernah ngapain yang bisa bikin Indonesia bangga? Yang bisa membuat dunia tidak hanya sekedar memandang sebelah mata terhadap Indonesia?
Hendra Setiawan/M. Ahsan. Gold Medal. Asian Games 2014

Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, Gold Medal. Asian Games 2014

Saya belum bisa membanggakan Indonesia. Saya masih jauh dari bisa melakukan sesuatu yang membuat Indonesia bangga. Tapi at least, at the very least, I cheer for my national team, for I know they are doing the best that they can do for my country, for our country.
For me, sport can be more than just sport.
It unites people.


And it’s more than just about nationality.
In football, you see a roller coaster of emotion. No, not just about the players. The fans, the atmosphere. You learn about hard work, persistence, loyalty, and even… a little bit of magic.  And since football, like a lot of other sport, unites people, it become one of the most effective ways to promote the campaign against cruel things like racism and others.

Some people might see it as just sport. But really, it’s more. It’s more than that.

5 komentar: