Kamis, 23 Januari 2014

That Shooting Incident

Yesterday, Tuesday,  January 21, I thought it would be just a normal regular day like usual. I woke up at 7, dan guling-guling sebentar di atas kasur. Well, sebelumnya long week-end sih. Secara tanggal 20 Januari ituMartin Luther King Jr. Day, jadi kita libur. So we actually had a 3-day weekend. Anyway, as usual, I went to the class. Selasa itu jadwalnya Water Chemistry, dari jam 9 sampe jam 10.15. Selesai kuliah, karena udah janjian sama Helena dan Sadia untuk ngerjain PR bareng jam 2 nanti, berasa nanggung kalo pulang dulu. Jadi ya udah, saya ke sarang saya tercinta: Hicks Library. Sekalian ngecek ulang PR. Di Hicks, duduk bareng Edgardo. Dia kebetulan ada kuliah jam 1.30 di Krannert yang pas di seberang Hicks, jadi dia juga nongkrong dulu di Hicks. Untuk beberapa waktu, everything was normal.

Lalu saya iseng pengen nyetak gambar. Pas lagi berdiri di depan komputer perpus untuk ngeprint, saya sekilas denger ada pengumuman dari petugas. Saya nggak begitu jelas dengernya, cuma bagian “We’re locking down the building…”. Sempet agak bingung, and when I looked around, people also looked confused. Terus waku saya di depan printer, most people packed their things and went down stairs to the basement area. Sambil bawa hasil print-printan, saya balik ke meja saya. Edgardo juga nanya ke saya, “What is happening?” secara pas ada pengumuman itu dia lagi pake earphone. Saya masih clueless, dan ngeliatin jendela. The last time they did this kind of lock down and sent us to the basement was because of the tornado warning. But it was so sunny outside. Tapi kemudian ada pesan masuk di grup WA Purdue Indonesian Grad. Isinya? “Reported shooting at EE building. Stay updated and safe.”

Saya bengong. Beberapa detik kemudian, we got e-mail on our Purdue account about this security warning. Dalam keadaan masih setengah gak percaya, saya buka Twitter. Dan bener, account twitter kampus juga melaporkan hal yang sama. That a shooting incident was reported at the Electrical Engineering building.

Dan dalam beberapa saat, I started to hear people making phone calls. Edgardo was checking the news, dan saya dengan paniknya menyuruh dia ngecek keadaan temen-temen kami yang lain. Lock down itu mulai dari sekitar jam 12.05 siang. Selama di perpus itu, we checked the news. They said that a person was already in custody. Still, tetep berasa unreal. Half of me felt like I am part of a movie, being played in a slow motion. Jam 13.25, ada pengumuman that we can resume our activities back. Pas jalan ke Lilly Hall, tempat saya janjian sama temen, itu helikopter SWAT masih lewat-lewat di atas sana. Habis ngerjain PR, saya langsung balik. Setengah karena udah ngantuk, setengah lagi karena mau nonton Capital One Cup. Di apartemen, sambil nonton bola, sambil ngecek berita dan nge-chat juga sama temen.

The victim was a TA. In fact, the shooter was also a TA, and they both had the same professor. The victim was fatally shot to dead. He was only 21, and he’s a senior, he supposed to graduate this May. Gosh, he could have been someone that I know. He could have been one of my friends. The victim could have been me! Berasa unreal aja rasanya. Sebelum berangkat ke USA, beberapa temen emang yang suka sambil becanda nakut-nakutin saya bahwa di US suka ada insiden penembakan. Pas saya sampe disini, saya gak kebayang that it would ever happpened here in Purdue. I mean, West Lafayette is such a small city anyway, you don’t expect anything to happen around here. But then, this incident happened. Cuma baca berita tentang suatu insiden ini di koran atau internet, beda banget rasanya. This time, it’s for real. EE Building is less than 10 minutes walking from Hicks Library, the place where I was when the shooting happened.

There was a candle light vigil for the victim in the evening. I was shivered to see the pictures. So many people gathered in the cold night (it was around -18°C that night).


A lot of people was shocked by this incident. All classes were cancelled throughout Wednesday. Kalo biasanya saya seneng dapet libur tambahan, this time I don’t feel good about it. Yes, no classes. No, I don’t feel good nor excited about it. It just doesn’t feel right to feel happy if the reason is for something so sad like this kind of incident. I called my Mom, telling her about the incident with a shaky voice.
This shooting incident is just another proof that life is indeed, very unpredictable.

Deep condolences to the victim and his family. Purdue is mourning for you.


Rabu, 22 Januari 2014

Philadelphia in A Few Hours

Philadelphia! Sounds like a familiar city? Naaahhh… Mungkin Philly gak seterkenal NY atau Boston, misalnya. But actually, Philly is one of the most historical cities in the USA. One of the most historical thing, the drafting, signing and declaration of US Declaration of Independence alias proklamasi kemerdekaannya Amerika Serikat itu di Philadelphia. Bahkan Philly pernah jadi ibukota USA di zaman Perang Revolusi. So now you get the idea of how important this city is in the US history.

TAPI…

Saya gak punya bayangan apa-apa tentang Philly ini. Entah kenapa, kalau denger Philadelphia, yang terbayang bagi saya malah lagunya Bruce Springsteen zaman dulu, yang judulnya Streets of Philadelphia. Dan dari lagu itu, kok Philly kesannya suram banget yak?

South Station
Eniwei, karena jarak Philly – NY yang cuma sekitar 2 jam naik bus, kami memutuskan untuk nglaju aja ke Philly. Sayangnya jadwal bus agak tidak bersahabat, sehingga kami nyampe Philly waktu udah menjelang siang, sekitar jam 11 gitu. Padahal bus kami untuk balik ke NYC jam bakal berangkat jam 7 malem.

Dengan kebutaan kami soal Philly, Alhamdulillah banget, ada temen saya dari Panama waktu Pre Academic dulu, Cristina, yang dengan sungguh baik hati sekali nge-guide kami. Padahal pas awalnya saya gak kepikir lho untuk menghubungi Cristina ini. I even forgot that she is in Philly. Cuma lewat komen di FB, she told me to contact here once we arrive there. Begitu nyampe di Philly, dia nyamperin kita ke South Station. Betewe, karena sudah sempet terbiasa dengan Penn Station yang agak kumuh, South Station ini berasa gede dan baguuuussss banget.

Begitu Cristina dateng sekitar jam 11.30, dia langsung mengeluarkan selembar kertas berisikan daftar nama tempat. Dia ngomong gini, “Okay, since you only have about 6 hours, I have made this list about places that we can go within that 6 hours.”. Sumpah kita langsung merasa terharu. Apalagi dia yang bener-bener ngatur rutenya supaya kita bisa sekali jalan, termasuk naik transportnya apa aja. Kalo nggak ada dia, entah gimana nasib kami para taveler polos ini :”)

Tujuan pertama, adalah The Liberty Bell, the iconic symbol of US Independence. Dan karena lokasinya berdekatan, kita juga sempet liat-liat Indepence Hall.
Yustika, Eka, Ifa, saya dan Cristina. By seeing the Liberty Bell, we have officially visited Philadelhia!
Habis dari sana, keliling-keliling daerah Old Town, sempet masuk juga ke The Carpenter’s Hall, salah satu bangunan historis yang dulu juga jadi salah satu tempat pertemuan para tokoh-tokoh dalam sejarah USA.
The Independence Hall
Carpenter's Hall

Kemudian kita ke ke daerah pusat kota, where we could see the City Hall. Sodara-sodara, saya jatuh cinta pada kota ini. Bangunan-bangunannya yang klasik, entah kenapa, somehow membuat saya merasa seperti di Jogja. Ambience-nya saya suka. Berasa beda benget dengan hiruk pikuknya New York. Saya, Ifa dan Eka (yang kebetulan sekali kita bertiga dulu sama-sama S-1 nya di UGM) jadi merasa kalo ini adalah versi USAnya dari Jogja. The city is just so beautiful.

Habis dari City Hall, sempet liat-liat Love Park sebentar. Lalu kita ke Philadelphia Museum of Arts. Nggak masuk sih :p, cuma foto di depannya aja. But I think, one of the most highlighted moment adalah waktu kita jalan kaki dari City Hall ke Arts Museum melewati Benjamin Franklin Parkway. Sepanjang Franklin Parkway ini, bendera dari berbagai negara dipasang. Dan kita dengan penuh semangat nyari bendera Indonesia. Engg… Sempet ketuker sama bendera Monaco sih sebenernya. Tapi begitu kita liat Merah Putih dengan tulisan “Indonesia” di bawahnya… I don’t know. Maybe it’s just me being emotional. But a thousand of feelings came to me. I had these glassy eyes, just to see the red ad white flag on the blue sky. Itu bendera saya. Itu negara saya. Indonesia.

Merah Putih di langit Philadelphia
Karena dimanapun saya berada, Merah Putih selalu di jiwa
The Rocky Statue
Philadelphia Art of Museum


After the museum, we went to Franklin Square. Karena sudah mulai gelap, di Franklin Square ini ada light show gitu dalam rangka Natal dan Tahun Baru. It was a niiiice shooow! And one of the thing that I was fascinated about, ada bapak-bapak bertopi lucu yang ngider setiap kali selesai satu sesi pertunjukan, just greeted people and asked them about how they felt about the light show. Dia juga yang berhalo-halo di mikrofon setiap kali pertunjukannya mau mulai atau baru selesai.
si Bapak bertopi lucuuuu

After the show, kita balik ke South Station where the bus would depart, tapi sama Cristina kita diajak lewat China Town Station, biar bisa liat suasananya China Town di Philly.

Jam 6.30an nyampe di South Station. Capek. Tapi puas banget. Cuma dalam waktu beberapa jam, kita udah liat how beautiful Philly is. Kita jadi agak nyesel, kenapa justru lebih lama di NY ya daripada di Philly? Hahahahaha…. Oh well. Dan tentu saja, we were so grateful that we had Cristina. She was not just a guide, dia lebih jadi bidadari penyelamat perjalannya kita :”). Betewe, Cristina ini juga dari Panama. And yes, I had the trip to Pittsburgh, Chicago and Indianapolis with other friends that are also Panamanians. NYAHAHAHAHAHA…
Maybe in a parallel world I am actually a Panamanian or something.

So yeah, anyway, I put this city in the list that I still want to visit again :).

Minggu, 19 Januari 2014

New York... New York...! (Part 2)

Melanjutkan curhatan cerita saya soal jalan-jalan ke NYC kemaren, here are some other highlights about my trip to NYC

3. Times Square
Oh, mau ke NYC? Wah, jangan lupa ke Times Square ya…”. Itu adalah reaksi yang paling sering saya dapatkan kalo ada orang yang tau saya mau ke NY.
Times Square apaan sih? Penjelasan paling simpel, Times Square itu adalah alun-alunnya New York City. Semacam AlKid-nya Yogya, mungkin? Saya dengan agak naifnya sempet nyari monumen atau patung atau plang apaaa gitu lho yang tulisannya Times Square. Tapi gak ada. *getok kepala sendiri*.

Intinya sih, Times Square ini ya daerah yang jadi pusat kesibukannya NYC. Emang gak ada monumen atau patung khusus gitu yang menyatakan that you are standing in Times Square. Tapi ada beberapa gedung dan sign yang dianggap sebagai landmark dari Times Square. Dan saya dengan absurdnya membandingkannya dengan pohon beringin di Alun-alun Jogja.

Ngeeeniweeeiii…
Kebayang gak sih, NYC saja sudah jadi semacam pusat keramaian dunia, and Times Square is the centre of NYC. Somehow, it was a bit overwhelming, to think that you are standing in the middle of the world’s intersection.  Some people refer Times Square as the The Center of the Universe. And somehow, it makes you feel so small. Then again, you also have the shiver as you realize that you are a part of it, a part of where everything is moving so fast.


Salah satu yang paling terkenal dari Times Square adalah Dropping Ball, event waktu Tahun Baru. Sempet agak tertarik untuk melihat langsung event ini, tapi demi denger bahwa ngantrinya bisa sejak siang… Ahahahahhaa… Tidak, terima kasih. Temen saya, Argita dan Una ngantri dari jam 2 siang lho…

4. Upi’ Jaya
Oke. Mungkin pada bingung. What the hell is this? Jadi sodara-sodara, Upi’ Jaya itu adalah nama restoran Indonesia yang ada di daerah Queens, New York.

Secara nih ya, saya dan Ifa sama-sama datang dari kota-kecil-di-tengah-ladang-jagung yang mana restoran Indonesia hanyalah sekedar impian semu belaka… Kami sungguh bersemangat sekali kesiniii… E sumpah ya, rasa bahagianya tak terlukiskan waktu akhirnya saya bisa makan pempek lagi setelah sejuta tahun lamanyaaaa… Yah, walopun kita agak ngenes dengan daun singkong yang harganya sepiring kecil jadi $6, yang kalo dikurskan ke rupiah, kalo di Indo dengan harga segitu udah dapet 8 baskom daun singkong kali yaaa…
kurang sumringah gimana coba ya muka saya liat pempek *berbinar-binar*
Ifa dan sumber kebahagiaannya: tempe
ludes. 
 Kata temen saya sih enakan Pondok Jakarta. Tapi sayangnya pas kami ke sana, pas tutuuuuppp… *sedih* *menghapus lelehan air mata*

5. Meet Up!
Ini sebenernya bukan cuma highlight dari NYC aja sih, tapi dari perjalanan winter trip ini. Sebagian besar dari kami, para Indonesian Fulbrighter batch 2013, terakhir ketemu waktu PDO di Surabaya tahun lalu. Beberapa masih ketemu waktu Pre Academic, karena Pre Acad-nya di tempat yang sama. So it’s just so very nice to meet again with them!
ketemu sama Rio dan Mbak Ayu!
sama Jeannete dan Mas Samuel
Akhirnya ketemu Argita!


6. Brooklyn Heights
Brooklyn Heights ini tenpat buat liat-liat skylinenya New York. And I have to say that I kind of like Brooklyn area. Dari sini juga kita bisa liat Brooklyn Bridge. Katanya sih, Brooklyn Bridge adalah salah satu maha karya di bidang konstruksi bangunan. Saya yang gak punya latar belakang teknik sipil (selain Abah yang dulu lulusan Teknik Sipil) cuma bisa bilang kalo jembatan ini…gede. Udah gitu doang. Atuhlaaaahhhh…



Anyway, this is where I spent the last sunset of 2013 :)


Hmmm… I guess that’s all about what I can remember about New York. Gak sempet ke Liberty Statue, tapi entah kenapa, I don’t really regret it. I just feel like, “Oh, whatever. I can still go the other time anyway.”

And that’s it about New York! But no, New York is not the last city for my winter trip :). But for now, Ami, over and out!
somewhere near the Radio City Music Hall, on Christmas Eve

Sabtu, 11 Januari 2014

New York... New York...! (Part 1)

Another destination in my holiday trip: New York! Yep. Siapa sih yang gak tau kota ini? But frankly speaking, I don’t really have any personal connection to this city, selain penasaran pengen tahu, gimana sih kota yang katanya adalah salah satu kota paling glamorous ini. Tapi toh, lagunya Frank Sinatra yang New York, New York, dan Jay-Z yang Empire State of Mind memang jadi salah satu lagu yang sering muncul di playlist saya. Selain itu, serial Friends, dan film Home Alone 2: Lost in New York itu, settingnya di New York kan ya?

So, yeah. New York pun menjadi salah satu kota yang masuk dalam daftar cities-to-go nya saya selama saya berada di USA.

the first picture I took in NYC, as Penn Station is so close to
this place: Madison Square Garden
Berangkat ke New York dari DC, naik Mega Bus. Kalo liat dari tiket bus sih, mestinya cuma 4,5 jam. Tapi begitu masuk New Jersey, mulai deh rada melambat. Dan begitu masuk New York…jeng jengggg… Langsung kena macet, sodara-sodara! Jadi yang harusnya cuma 4,5 jam molor jadi 6 jam. Saya berasa lagi naik Damri dari Soetta ke Sudirman. Oh well, it’s a big city anyway. Turun dari bus, saya ke Penn Station. Sempet agak-agak disorientasi, karena entah kenapa, saya merasa orang-orang disini, it looks like that everyone is in a rush.
negegembel di Penn Station
Sampai di Penn Station, menjelang jam 5 sore. Saya masih harus nunggu temen saya, yang flightnya di delay dari Kansas sana. Jadilah saya selama 6 jam lebih bengong aja di Penn Station, seeing people. Mulai dari jam sibuk dimana itu stasiun penuuuuh banget sama para komuter, sampe stasiun sepi karena udah menjelang tengah malem. Dan entah kenapa, saya kok merasa Penn Station ini tidak nyaman. Tidak ada bangku untuk duduk menunggu. Ada sih, tapi khusus cuma untuk penumpang kereta yang udah punya tiket. Mungkin maksudnya untuk meminimalisir para gelandangan kali ya. I saw a lot of homeless people wandering around the station. Pas lagi nunggu gitu, entah kenapa, tau-tau ada perempuan dateng ke saya, geret-geret koper, dan tau-tau dia udah ngajak saya ngomong. Mungkin maksudnya dia nanya sesuatu kali ya, entah arah, entah jam, apapun deh. Tapi masalahnyaaa… itu si Mbak ngajak ngomong saya pake bahasa Spanyol! Yep, she was talking to me in rapid Spanish. Selama beberapa detik, saya cuma bengong. Lalu ngomong ke dia, “I’m sorry, but I don’t speak Spanish.” Dia menatap saya dengan heran, “Really? You don’t speak Spanish?”. She looked so disappointed, I almost felt guilty.
Etapi demi apa deh ya kenapa kok bisa-bisanya saya disangka Spanish speaker???
Anyway, akhirnya temen saya dateng sekitar jam 11.45 malem. Luckily, masih ada kereta ke Newark, daerah tempat kami menginap.
Penn Station di jam 11 malem

Ngeeeniwei…

Selama beberapa hari di New York, yang saya rasakan dari New York? Kota ini sungguh Jakarta banget. The glitters and glamorous life, tapi di sisi lain juga sisi-sisi kumuhnya. Yep, those houses in Manhattan and Brookly are pretty. The skyline that I saw from Brooklyn Height is beautiful. And that famous Times Square (yang bagi saya adalah alun-alun kota New York), it gives you the feeling that you are so small, but at the very same time, you feel like, being at the center of the world, you are actually a part of something big. Something grand.
Fifth Avenue. Busy people in a busy street living a bust life in a busy city
All and all, I can’t help to feel…lonely in this city. Gak tau ya, mungkin jiwa orang desa-nya saya yang bikin bias. But somehow, being in New York membuat saya justru merindukan West Lafayette. Kota kecil dimana random people will randomly smile at you, nod and say, “How are you?”. The place where the waiter at the coffee shop where you usually buy your coffee will wave at you when he saw you in a place in the campus. A small place where you say “Thank you” to the bus driver and he would reply, “Have a great holiday!”.

In New York, what you will see is people walking in a rush as if they are chasing invisible shadow, or staring at you blankly. And you feel stupid to smile at people because they don’t smile back at you and just stare at you with blank expression.

Saya tidak menikmati Jakarta, and maybe that’s why I don’t really enjoy New York.

I mean, it’s a nice city with marvelous buildings. Still, it’s a big city. Too big for someone like me. Kalo kata Mirrah sih, “No wonder why they say that ‘if you can make it here, you can make it anywhere’.”. Because it’s not just a city. It’s a challenge to live in this city. To survive. To be a part of all the glitters in this ciy, but also bear the dark side of it.

Demi deh, kenapa saya jadi sentimentil gini??? Nyahahahahaha…

Oh well,baiklah. Daripada saya melantur kemana-mana, let’s just try to focus on some of the highlights about New York

1. American Museum of Natural History
Name places that people want to go in New York. Liberty Statue? Central Park? Empire State Building? Dan saya dengan polosnya malah pengen ke museum di hari pertama kami di NYC. Hey, I love museums!
the front entrance of the museum

the biodiversity hall

outside the museum, from this side, Manhattan is pretty
Anyway, this museum is great! It’s huuuge with so much things to see. Yang suka natural sciences, ada planetarium, dan display mereka tentang biodiversity oh sungguh keren sekali! Those who have interest about anthropology can spend hours enjoying display about culture from all around the world. One thing that I found annoying: in the display about Asia, they don’t have a specific display about Indonesia. Nevertheless, I love this museum!
Ancient South American culture

African culture is just fascinating

2. Empire State Building
I bet that most of you have heard about this building. And I always love to see a city from a height. Oh, dan tentu saja, being a devoted fan of Percy Jackson,the image of Empire State Building as the gate to Olympus sticks in my mind. Saya sampe setengah berharap, siapa tau ada Zeus atau Poseidon lewat. So yeah, apalagi Empire State Building ini kan salah satu iconnya New York pada khususnya dan USA pada umumnya (ini postingan blog atau catetan kuliah sih?). Rombongan kami (saya, Ifa, Eka dan Yustika) sampe di Empire State sekitar jam 3 kurang dikit. Sempet agak mikir, karena antriannya kok keliatannya panjang ya? Tapi ya udahlah kepalang tanggung. Ngantri aja. Toh kami liat antriannya lumayan lancar dan cukup ‘bergerak’. Toh, sembari ngantri, kami agak heran dengan sejumlah orang berjaket oranye cerah yang menawarkan ‘instant access’ untuk masuk. Iseng nanya, mereka bilang tarifnya $68. Kami liat-liatan, dan secara tarif resmi adalah $27 plus ngantri, kita sama-sama menggeleng.

Ternyata. Ngantri untuk masuk itu baru satu babak perjuangan. Begitu masuk, ngantri lagi untuk beli tiket. Habis beli tiket, ngantri lagi untuk naik lift. All and all, kalo diitung, total kami ngantri cuma untuk naik ke lantai 86 adalaaaahhh… 2 jam. A little advise, buy the ticket online. You can skip like, one third of the line by doing so. Dan mending gak usah beli tiket sama orang-orang di luar gedungnya deh. I saw a man who had bough the ticket from them actually couldn’t use it because it was a false ticket or something.

Beda dengan Chicago Sky Deck, disini observatory decknya selain indoor ada outdoornya juga. Dan karena kami dateng pas udah menjelang sore dan ngantrinya dua jaaaam ya bo’, jadi pas nyampe atas udah malem. So the view that we had was New York City at night, which was awesome!
NYC at night...

because the city never sleeps

Such a pretty view from way up here
Ifa dan Eka, temen seperjalanan dan sepengantrian

and you can't help to feel that you're seeing the city of lights
So yeah, as long as you can keep a positive mind while you are on the line, I guess it’s quite worth it. Sebenernya ada dua pilihan, we can go up to the 86th floor (like what we did) or to the 102nd floor. Kalo mau naik sampe lantai 102 sih memang lebih mahal. And for me personally, it would just be the same anyway. Sayangnya gak ada Zeus ataupun Athena apalagi Poseidon iseng lewat disini.

One of the thing about our visit here, waktu saya lagi foto di depan maket Empire State, a little girl suddenly came to me and greeted me. She said, “Hola!”. Okay, that's sweet. So I smiled at her, and greeted her, “Hello, little girl…
And guess what she said to me? “Feliz navidad!”
Saya hampir keselek. Spanish? Again? Anyway, saya nyaut aja, “And Feliz navidad to you too!”. Dan habis itu, tau-tau dia nyanyi “Feliz navidad… feliz navidaaad…”. Dan saya ngakak.

Not that she couldn’t speak in English, karena tiba-tiba dia udah nyerocos pake bahasa Inggris about her warm sweater and her warm gloves. Anyway, we took pictures together. And she’s just so adorable! After the picture, she hugged me and said “Feliz navidad” again.
isn't she just adorable?
she actually hugged me, and people around us went, "oooohhh..." :")
Ini  kenapa ya saya disangka Spanish speaker lagi baidewei???

Anyway, there are still some highlights about New York that I would like to write about. But for now, Ami, over and out!

30 Day Challenge | Day 22

Day 22 -  A picture of what you wore today

Oke. Jadi semenjak malam kemarin, saya sebenernya udah tau mau update soal blog challenge ini, jadi udah nyadar that I do have to make a selfie. Dan dengan narsisnya udah berencana mau pake baju yang lumayan lah, yang menonjolkan aura keanggunan saya.

Tapi, seperti biasa, saya bangun telat. Secara saya ada janji mau balikin barang ke tempat temen, terus janji mau ke CoRec alias gym di kampus sama Sarah, dan terus juga janjian mau belanja bareng temen, waktu bangun dan nyadar kalo saya bangun telat 50 menit dari rencana saya… Ya udah la ya… Boro-boro mikir mau update challenge, I was running around, sikat gigi sambil texting my friend that ‘I’m gonna be a little late’, sarapan yang praktis (Indomie kuah, apa lagi coba?), terburu-buru ngelempar baju ganti dan handuk ke ransel untuk bekel ke gym.

Anyway, setelah sampe apartemen lagi, pas mau lepas kerudung, baru nyadar. Iya ya… mau update blog challenge. Jadi ya udah, here’s me taking selfies.

Dan lalu saya baru nyadar. Saya hari ini meng-ungu sekali yaaaa... Itu sebenernya T-Shirt yang saya pake udah ganti tuh, pas berangkat pertama dari apartemen gak pake yang itu, tapi habis nge-gym saya ganti baju. T-Shirt itu gratisaaaaan… Mehehehe… Dapet waktu farewell party di UC Davis dulu. 

Trus, karena masih winter, waktu keluar saya pake coat yang..warnaya juga ungu -_-. Jadi keinget kata temen saya waktu dia liat saya pake coat ungu itu: “You look like Barney. So purple.”

Anyway, Day 22, done :D!

Kamis, 23 Januari 2014

That Shooting Incident

Yesterday, Tuesday,  January 21, I thought it would be just a normal regular day like usual. I woke up at 7, dan guling-guling sebentar di atas kasur. Well, sebelumnya long week-end sih. Secara tanggal 20 Januari ituMartin Luther King Jr. Day, jadi kita libur. So we actually had a 3-day weekend. Anyway, as usual, I went to the class. Selasa itu jadwalnya Water Chemistry, dari jam 9 sampe jam 10.15. Selesai kuliah, karena udah janjian sama Helena dan Sadia untuk ngerjain PR bareng jam 2 nanti, berasa nanggung kalo pulang dulu. Jadi ya udah, saya ke sarang saya tercinta: Hicks Library. Sekalian ngecek ulang PR. Di Hicks, duduk bareng Edgardo. Dia kebetulan ada kuliah jam 1.30 di Krannert yang pas di seberang Hicks, jadi dia juga nongkrong dulu di Hicks. Untuk beberapa waktu, everything was normal.

Lalu saya iseng pengen nyetak gambar. Pas lagi berdiri di depan komputer perpus untuk ngeprint, saya sekilas denger ada pengumuman dari petugas. Saya nggak begitu jelas dengernya, cuma bagian “We’re locking down the building…”. Sempet agak bingung, and when I looked around, people also looked confused. Terus waku saya di depan printer, most people packed their things and went down stairs to the basement area. Sambil bawa hasil print-printan, saya balik ke meja saya. Edgardo juga nanya ke saya, “What is happening?” secara pas ada pengumuman itu dia lagi pake earphone. Saya masih clueless, dan ngeliatin jendela. The last time they did this kind of lock down and sent us to the basement was because of the tornado warning. But it was so sunny outside. Tapi kemudian ada pesan masuk di grup WA Purdue Indonesian Grad. Isinya? “Reported shooting at EE building. Stay updated and safe.”

Saya bengong. Beberapa detik kemudian, we got e-mail on our Purdue account about this security warning. Dalam keadaan masih setengah gak percaya, saya buka Twitter. Dan bener, account twitter kampus juga melaporkan hal yang sama. That a shooting incident was reported at the Electrical Engineering building.

Dan dalam beberapa saat, I started to hear people making phone calls. Edgardo was checking the news, dan saya dengan paniknya menyuruh dia ngecek keadaan temen-temen kami yang lain. Lock down itu mulai dari sekitar jam 12.05 siang. Selama di perpus itu, we checked the news. They said that a person was already in custody. Still, tetep berasa unreal. Half of me felt like I am part of a movie, being played in a slow motion. Jam 13.25, ada pengumuman that we can resume our activities back. Pas jalan ke Lilly Hall, tempat saya janjian sama temen, itu helikopter SWAT masih lewat-lewat di atas sana. Habis ngerjain PR, saya langsung balik. Setengah karena udah ngantuk, setengah lagi karena mau nonton Capital One Cup. Di apartemen, sambil nonton bola, sambil ngecek berita dan nge-chat juga sama temen.

The victim was a TA. In fact, the shooter was also a TA, and they both had the same professor. The victim was fatally shot to dead. He was only 21, and he’s a senior, he supposed to graduate this May. Gosh, he could have been someone that I know. He could have been one of my friends. The victim could have been me! Berasa unreal aja rasanya. Sebelum berangkat ke USA, beberapa temen emang yang suka sambil becanda nakut-nakutin saya bahwa di US suka ada insiden penembakan. Pas saya sampe disini, saya gak kebayang that it would ever happpened here in Purdue. I mean, West Lafayette is such a small city anyway, you don’t expect anything to happen around here. But then, this incident happened. Cuma baca berita tentang suatu insiden ini di koran atau internet, beda banget rasanya. This time, it’s for real. EE Building is less than 10 minutes walking from Hicks Library, the place where I was when the shooting happened.

There was a candle light vigil for the victim in the evening. I was shivered to see the pictures. So many people gathered in the cold night (it was around -18°C that night).


A lot of people was shocked by this incident. All classes were cancelled throughout Wednesday. Kalo biasanya saya seneng dapet libur tambahan, this time I don’t feel good about it. Yes, no classes. No, I don’t feel good nor excited about it. It just doesn’t feel right to feel happy if the reason is for something so sad like this kind of incident. I called my Mom, telling her about the incident with a shaky voice.
This shooting incident is just another proof that life is indeed, very unpredictable.

Deep condolences to the victim and his family. Purdue is mourning for you.


Rabu, 22 Januari 2014

Philadelphia in A Few Hours

Philadelphia! Sounds like a familiar city? Naaahhh… Mungkin Philly gak seterkenal NY atau Boston, misalnya. But actually, Philly is one of the most historical cities in the USA. One of the most historical thing, the drafting, signing and declaration of US Declaration of Independence alias proklamasi kemerdekaannya Amerika Serikat itu di Philadelphia. Bahkan Philly pernah jadi ibukota USA di zaman Perang Revolusi. So now you get the idea of how important this city is in the US history.

TAPI…

Saya gak punya bayangan apa-apa tentang Philly ini. Entah kenapa, kalau denger Philadelphia, yang terbayang bagi saya malah lagunya Bruce Springsteen zaman dulu, yang judulnya Streets of Philadelphia. Dan dari lagu itu, kok Philly kesannya suram banget yak?

South Station
Eniwei, karena jarak Philly – NY yang cuma sekitar 2 jam naik bus, kami memutuskan untuk nglaju aja ke Philly. Sayangnya jadwal bus agak tidak bersahabat, sehingga kami nyampe Philly waktu udah menjelang siang, sekitar jam 11 gitu. Padahal bus kami untuk balik ke NYC jam bakal berangkat jam 7 malem.

Dengan kebutaan kami soal Philly, Alhamdulillah banget, ada temen saya dari Panama waktu Pre Academic dulu, Cristina, yang dengan sungguh baik hati sekali nge-guide kami. Padahal pas awalnya saya gak kepikir lho untuk menghubungi Cristina ini. I even forgot that she is in Philly. Cuma lewat komen di FB, she told me to contact here once we arrive there. Begitu nyampe di Philly, dia nyamperin kita ke South Station. Betewe, karena sudah sempet terbiasa dengan Penn Station yang agak kumuh, South Station ini berasa gede dan baguuuussss banget.

Begitu Cristina dateng sekitar jam 11.30, dia langsung mengeluarkan selembar kertas berisikan daftar nama tempat. Dia ngomong gini, “Okay, since you only have about 6 hours, I have made this list about places that we can go within that 6 hours.”. Sumpah kita langsung merasa terharu. Apalagi dia yang bener-bener ngatur rutenya supaya kita bisa sekali jalan, termasuk naik transportnya apa aja. Kalo nggak ada dia, entah gimana nasib kami para taveler polos ini :”)

Tujuan pertama, adalah The Liberty Bell, the iconic symbol of US Independence. Dan karena lokasinya berdekatan, kita juga sempet liat-liat Indepence Hall.
Yustika, Eka, Ifa, saya dan Cristina. By seeing the Liberty Bell, we have officially visited Philadelhia!
Habis dari sana, keliling-keliling daerah Old Town, sempet masuk juga ke The Carpenter’s Hall, salah satu bangunan historis yang dulu juga jadi salah satu tempat pertemuan para tokoh-tokoh dalam sejarah USA.
The Independence Hall
Carpenter's Hall

Kemudian kita ke ke daerah pusat kota, where we could see the City Hall. Sodara-sodara, saya jatuh cinta pada kota ini. Bangunan-bangunannya yang klasik, entah kenapa, somehow membuat saya merasa seperti di Jogja. Ambience-nya saya suka. Berasa beda benget dengan hiruk pikuknya New York. Saya, Ifa dan Eka (yang kebetulan sekali kita bertiga dulu sama-sama S-1 nya di UGM) jadi merasa kalo ini adalah versi USAnya dari Jogja. The city is just so beautiful.

Habis dari City Hall, sempet liat-liat Love Park sebentar. Lalu kita ke Philadelphia Museum of Arts. Nggak masuk sih :p, cuma foto di depannya aja. But I think, one of the most highlighted moment adalah waktu kita jalan kaki dari City Hall ke Arts Museum melewati Benjamin Franklin Parkway. Sepanjang Franklin Parkway ini, bendera dari berbagai negara dipasang. Dan kita dengan penuh semangat nyari bendera Indonesia. Engg… Sempet ketuker sama bendera Monaco sih sebenernya. Tapi begitu kita liat Merah Putih dengan tulisan “Indonesia” di bawahnya… I don’t know. Maybe it’s just me being emotional. But a thousand of feelings came to me. I had these glassy eyes, just to see the red ad white flag on the blue sky. Itu bendera saya. Itu negara saya. Indonesia.

Merah Putih di langit Philadelphia
Karena dimanapun saya berada, Merah Putih selalu di jiwa
The Rocky Statue
Philadelphia Art of Museum


After the museum, we went to Franklin Square. Karena sudah mulai gelap, di Franklin Square ini ada light show gitu dalam rangka Natal dan Tahun Baru. It was a niiiice shooow! And one of the thing that I was fascinated about, ada bapak-bapak bertopi lucu yang ngider setiap kali selesai satu sesi pertunjukan, just greeted people and asked them about how they felt about the light show. Dia juga yang berhalo-halo di mikrofon setiap kali pertunjukannya mau mulai atau baru selesai.
si Bapak bertopi lucuuuu

After the show, kita balik ke South Station where the bus would depart, tapi sama Cristina kita diajak lewat China Town Station, biar bisa liat suasananya China Town di Philly.

Jam 6.30an nyampe di South Station. Capek. Tapi puas banget. Cuma dalam waktu beberapa jam, kita udah liat how beautiful Philly is. Kita jadi agak nyesel, kenapa justru lebih lama di NY ya daripada di Philly? Hahahahaha…. Oh well. Dan tentu saja, we were so grateful that we had Cristina. She was not just a guide, dia lebih jadi bidadari penyelamat perjalannya kita :”). Betewe, Cristina ini juga dari Panama. And yes, I had the trip to Pittsburgh, Chicago and Indianapolis with other friends that are also Panamanians. NYAHAHAHAHAHA…
Maybe in a parallel world I am actually a Panamanian or something.

So yeah, anyway, I put this city in the list that I still want to visit again :).

Minggu, 19 Januari 2014

New York... New York...! (Part 2)

Melanjutkan curhatan cerita saya soal jalan-jalan ke NYC kemaren, here are some other highlights about my trip to NYC

3. Times Square
Oh, mau ke NYC? Wah, jangan lupa ke Times Square ya…”. Itu adalah reaksi yang paling sering saya dapatkan kalo ada orang yang tau saya mau ke NY.
Times Square apaan sih? Penjelasan paling simpel, Times Square itu adalah alun-alunnya New York City. Semacam AlKid-nya Yogya, mungkin? Saya dengan agak naifnya sempet nyari monumen atau patung atau plang apaaa gitu lho yang tulisannya Times Square. Tapi gak ada. *getok kepala sendiri*.

Intinya sih, Times Square ini ya daerah yang jadi pusat kesibukannya NYC. Emang gak ada monumen atau patung khusus gitu yang menyatakan that you are standing in Times Square. Tapi ada beberapa gedung dan sign yang dianggap sebagai landmark dari Times Square. Dan saya dengan absurdnya membandingkannya dengan pohon beringin di Alun-alun Jogja.

Ngeeeniweeeiii…
Kebayang gak sih, NYC saja sudah jadi semacam pusat keramaian dunia, and Times Square is the centre of NYC. Somehow, it was a bit overwhelming, to think that you are standing in the middle of the world’s intersection.  Some people refer Times Square as the The Center of the Universe. And somehow, it makes you feel so small. Then again, you also have the shiver as you realize that you are a part of it, a part of where everything is moving so fast.


Salah satu yang paling terkenal dari Times Square adalah Dropping Ball, event waktu Tahun Baru. Sempet agak tertarik untuk melihat langsung event ini, tapi demi denger bahwa ngantrinya bisa sejak siang… Ahahahahhaa… Tidak, terima kasih. Temen saya, Argita dan Una ngantri dari jam 2 siang lho…

4. Upi’ Jaya
Oke. Mungkin pada bingung. What the hell is this? Jadi sodara-sodara, Upi’ Jaya itu adalah nama restoran Indonesia yang ada di daerah Queens, New York.

Secara nih ya, saya dan Ifa sama-sama datang dari kota-kecil-di-tengah-ladang-jagung yang mana restoran Indonesia hanyalah sekedar impian semu belaka… Kami sungguh bersemangat sekali kesiniii… E sumpah ya, rasa bahagianya tak terlukiskan waktu akhirnya saya bisa makan pempek lagi setelah sejuta tahun lamanyaaaa… Yah, walopun kita agak ngenes dengan daun singkong yang harganya sepiring kecil jadi $6, yang kalo dikurskan ke rupiah, kalo di Indo dengan harga segitu udah dapet 8 baskom daun singkong kali yaaa…
kurang sumringah gimana coba ya muka saya liat pempek *berbinar-binar*
Ifa dan sumber kebahagiaannya: tempe
ludes. 
 Kata temen saya sih enakan Pondok Jakarta. Tapi sayangnya pas kami ke sana, pas tutuuuuppp… *sedih* *menghapus lelehan air mata*

5. Meet Up!
Ini sebenernya bukan cuma highlight dari NYC aja sih, tapi dari perjalanan winter trip ini. Sebagian besar dari kami, para Indonesian Fulbrighter batch 2013, terakhir ketemu waktu PDO di Surabaya tahun lalu. Beberapa masih ketemu waktu Pre Academic, karena Pre Acad-nya di tempat yang sama. So it’s just so very nice to meet again with them!
ketemu sama Rio dan Mbak Ayu!
sama Jeannete dan Mas Samuel
Akhirnya ketemu Argita!


6. Brooklyn Heights
Brooklyn Heights ini tenpat buat liat-liat skylinenya New York. And I have to say that I kind of like Brooklyn area. Dari sini juga kita bisa liat Brooklyn Bridge. Katanya sih, Brooklyn Bridge adalah salah satu maha karya di bidang konstruksi bangunan. Saya yang gak punya latar belakang teknik sipil (selain Abah yang dulu lulusan Teknik Sipil) cuma bisa bilang kalo jembatan ini…gede. Udah gitu doang. Atuhlaaaahhhh…



Anyway, this is where I spent the last sunset of 2013 :)


Hmmm… I guess that’s all about what I can remember about New York. Gak sempet ke Liberty Statue, tapi entah kenapa, I don’t really regret it. I just feel like, “Oh, whatever. I can still go the other time anyway.”

And that’s it about New York! But no, New York is not the last city for my winter trip :). But for now, Ami, over and out!
somewhere near the Radio City Music Hall, on Christmas Eve

Sabtu, 11 Januari 2014

New York... New York...! (Part 1)

Another destination in my holiday trip: New York! Yep. Siapa sih yang gak tau kota ini? But frankly speaking, I don’t really have any personal connection to this city, selain penasaran pengen tahu, gimana sih kota yang katanya adalah salah satu kota paling glamorous ini. Tapi toh, lagunya Frank Sinatra yang New York, New York, dan Jay-Z yang Empire State of Mind memang jadi salah satu lagu yang sering muncul di playlist saya. Selain itu, serial Friends, dan film Home Alone 2: Lost in New York itu, settingnya di New York kan ya?

So, yeah. New York pun menjadi salah satu kota yang masuk dalam daftar cities-to-go nya saya selama saya berada di USA.

the first picture I took in NYC, as Penn Station is so close to
this place: Madison Square Garden
Berangkat ke New York dari DC, naik Mega Bus. Kalo liat dari tiket bus sih, mestinya cuma 4,5 jam. Tapi begitu masuk New Jersey, mulai deh rada melambat. Dan begitu masuk New York…jeng jengggg… Langsung kena macet, sodara-sodara! Jadi yang harusnya cuma 4,5 jam molor jadi 6 jam. Saya berasa lagi naik Damri dari Soetta ke Sudirman. Oh well, it’s a big city anyway. Turun dari bus, saya ke Penn Station. Sempet agak-agak disorientasi, karena entah kenapa, saya merasa orang-orang disini, it looks like that everyone is in a rush.
negegembel di Penn Station
Sampai di Penn Station, menjelang jam 5 sore. Saya masih harus nunggu temen saya, yang flightnya di delay dari Kansas sana. Jadilah saya selama 6 jam lebih bengong aja di Penn Station, seeing people. Mulai dari jam sibuk dimana itu stasiun penuuuuh banget sama para komuter, sampe stasiun sepi karena udah menjelang tengah malem. Dan entah kenapa, saya kok merasa Penn Station ini tidak nyaman. Tidak ada bangku untuk duduk menunggu. Ada sih, tapi khusus cuma untuk penumpang kereta yang udah punya tiket. Mungkin maksudnya untuk meminimalisir para gelandangan kali ya. I saw a lot of homeless people wandering around the station. Pas lagi nunggu gitu, entah kenapa, tau-tau ada perempuan dateng ke saya, geret-geret koper, dan tau-tau dia udah ngajak saya ngomong. Mungkin maksudnya dia nanya sesuatu kali ya, entah arah, entah jam, apapun deh. Tapi masalahnyaaa… itu si Mbak ngajak ngomong saya pake bahasa Spanyol! Yep, she was talking to me in rapid Spanish. Selama beberapa detik, saya cuma bengong. Lalu ngomong ke dia, “I’m sorry, but I don’t speak Spanish.” Dia menatap saya dengan heran, “Really? You don’t speak Spanish?”. She looked so disappointed, I almost felt guilty.
Etapi demi apa deh ya kenapa kok bisa-bisanya saya disangka Spanish speaker???
Anyway, akhirnya temen saya dateng sekitar jam 11.45 malem. Luckily, masih ada kereta ke Newark, daerah tempat kami menginap.
Penn Station di jam 11 malem

Ngeeeniwei…

Selama beberapa hari di New York, yang saya rasakan dari New York? Kota ini sungguh Jakarta banget. The glitters and glamorous life, tapi di sisi lain juga sisi-sisi kumuhnya. Yep, those houses in Manhattan and Brookly are pretty. The skyline that I saw from Brooklyn Height is beautiful. And that famous Times Square (yang bagi saya adalah alun-alun kota New York), it gives you the feeling that you are so small, but at the very same time, you feel like, being at the center of the world, you are actually a part of something big. Something grand.
Fifth Avenue. Busy people in a busy street living a bust life in a busy city
All and all, I can’t help to feel…lonely in this city. Gak tau ya, mungkin jiwa orang desa-nya saya yang bikin bias. But somehow, being in New York membuat saya justru merindukan West Lafayette. Kota kecil dimana random people will randomly smile at you, nod and say, “How are you?”. The place where the waiter at the coffee shop where you usually buy your coffee will wave at you when he saw you in a place in the campus. A small place where you say “Thank you” to the bus driver and he would reply, “Have a great holiday!”.

In New York, what you will see is people walking in a rush as if they are chasing invisible shadow, or staring at you blankly. And you feel stupid to smile at people because they don’t smile back at you and just stare at you with blank expression.

Saya tidak menikmati Jakarta, and maybe that’s why I don’t really enjoy New York.

I mean, it’s a nice city with marvelous buildings. Still, it’s a big city. Too big for someone like me. Kalo kata Mirrah sih, “No wonder why they say that ‘if you can make it here, you can make it anywhere’.”. Because it’s not just a city. It’s a challenge to live in this city. To survive. To be a part of all the glitters in this ciy, but also bear the dark side of it.

Demi deh, kenapa saya jadi sentimentil gini??? Nyahahahahaha…

Oh well,baiklah. Daripada saya melantur kemana-mana, let’s just try to focus on some of the highlights about New York

1. American Museum of Natural History
Name places that people want to go in New York. Liberty Statue? Central Park? Empire State Building? Dan saya dengan polosnya malah pengen ke museum di hari pertama kami di NYC. Hey, I love museums!
the front entrance of the museum

the biodiversity hall

outside the museum, from this side, Manhattan is pretty
Anyway, this museum is great! It’s huuuge with so much things to see. Yang suka natural sciences, ada planetarium, dan display mereka tentang biodiversity oh sungguh keren sekali! Those who have interest about anthropology can spend hours enjoying display about culture from all around the world. One thing that I found annoying: in the display about Asia, they don’t have a specific display about Indonesia. Nevertheless, I love this museum!
Ancient South American culture

African culture is just fascinating

2. Empire State Building
I bet that most of you have heard about this building. And I always love to see a city from a height. Oh, dan tentu saja, being a devoted fan of Percy Jackson,the image of Empire State Building as the gate to Olympus sticks in my mind. Saya sampe setengah berharap, siapa tau ada Zeus atau Poseidon lewat. So yeah, apalagi Empire State Building ini kan salah satu iconnya New York pada khususnya dan USA pada umumnya (ini postingan blog atau catetan kuliah sih?). Rombongan kami (saya, Ifa, Eka dan Yustika) sampe di Empire State sekitar jam 3 kurang dikit. Sempet agak mikir, karena antriannya kok keliatannya panjang ya? Tapi ya udahlah kepalang tanggung. Ngantri aja. Toh kami liat antriannya lumayan lancar dan cukup ‘bergerak’. Toh, sembari ngantri, kami agak heran dengan sejumlah orang berjaket oranye cerah yang menawarkan ‘instant access’ untuk masuk. Iseng nanya, mereka bilang tarifnya $68. Kami liat-liatan, dan secara tarif resmi adalah $27 plus ngantri, kita sama-sama menggeleng.

Ternyata. Ngantri untuk masuk itu baru satu babak perjuangan. Begitu masuk, ngantri lagi untuk beli tiket. Habis beli tiket, ngantri lagi untuk naik lift. All and all, kalo diitung, total kami ngantri cuma untuk naik ke lantai 86 adalaaaahhh… 2 jam. A little advise, buy the ticket online. You can skip like, one third of the line by doing so. Dan mending gak usah beli tiket sama orang-orang di luar gedungnya deh. I saw a man who had bough the ticket from them actually couldn’t use it because it was a false ticket or something.

Beda dengan Chicago Sky Deck, disini observatory decknya selain indoor ada outdoornya juga. Dan karena kami dateng pas udah menjelang sore dan ngantrinya dua jaaaam ya bo’, jadi pas nyampe atas udah malem. So the view that we had was New York City at night, which was awesome!
NYC at night...

because the city never sleeps

Such a pretty view from way up here
Ifa dan Eka, temen seperjalanan dan sepengantrian

and you can't help to feel that you're seeing the city of lights
So yeah, as long as you can keep a positive mind while you are on the line, I guess it’s quite worth it. Sebenernya ada dua pilihan, we can go up to the 86th floor (like what we did) or to the 102nd floor. Kalo mau naik sampe lantai 102 sih memang lebih mahal. And for me personally, it would just be the same anyway. Sayangnya gak ada Zeus ataupun Athena apalagi Poseidon iseng lewat disini.

One of the thing about our visit here, waktu saya lagi foto di depan maket Empire State, a little girl suddenly came to me and greeted me. She said, “Hola!”. Okay, that's sweet. So I smiled at her, and greeted her, “Hello, little girl…
And guess what she said to me? “Feliz navidad!”
Saya hampir keselek. Spanish? Again? Anyway, saya nyaut aja, “And Feliz navidad to you too!”. Dan habis itu, tau-tau dia nyanyi “Feliz navidad… feliz navidaaad…”. Dan saya ngakak.

Not that she couldn’t speak in English, karena tiba-tiba dia udah nyerocos pake bahasa Inggris about her warm sweater and her warm gloves. Anyway, we took pictures together. And she’s just so adorable! After the picture, she hugged me and said “Feliz navidad” again.
isn't she just adorable?
she actually hugged me, and people around us went, "oooohhh..." :")
Ini  kenapa ya saya disangka Spanish speaker lagi baidewei???

Anyway, there are still some highlights about New York that I would like to write about. But for now, Ami, over and out!

30 Day Challenge | Day 22

Day 22 -  A picture of what you wore today

Oke. Jadi semenjak malam kemarin, saya sebenernya udah tau mau update soal blog challenge ini, jadi udah nyadar that I do have to make a selfie. Dan dengan narsisnya udah berencana mau pake baju yang lumayan lah, yang menonjolkan aura keanggunan saya.

Tapi, seperti biasa, saya bangun telat. Secara saya ada janji mau balikin barang ke tempat temen, terus janji mau ke CoRec alias gym di kampus sama Sarah, dan terus juga janjian mau belanja bareng temen, waktu bangun dan nyadar kalo saya bangun telat 50 menit dari rencana saya… Ya udah la ya… Boro-boro mikir mau update challenge, I was running around, sikat gigi sambil texting my friend that ‘I’m gonna be a little late’, sarapan yang praktis (Indomie kuah, apa lagi coba?), terburu-buru ngelempar baju ganti dan handuk ke ransel untuk bekel ke gym.

Anyway, setelah sampe apartemen lagi, pas mau lepas kerudung, baru nyadar. Iya ya… mau update blog challenge. Jadi ya udah, here’s me taking selfies.

Dan lalu saya baru nyadar. Saya hari ini meng-ungu sekali yaaaa... Itu sebenernya T-Shirt yang saya pake udah ganti tuh, pas berangkat pertama dari apartemen gak pake yang itu, tapi habis nge-gym saya ganti baju. T-Shirt itu gratisaaaaan… Mehehehe… Dapet waktu farewell party di UC Davis dulu. 

Trus, karena masih winter, waktu keluar saya pake coat yang..warnaya juga ungu -_-. Jadi keinget kata temen saya waktu dia liat saya pake coat ungu itu: “You look like Barney. So purple.”

Anyway, Day 22, done :D!