Minggu, 31 Agustus 2008

Menjelang Ramadhan 1429 H...

Teman-teman semuaaa... Selamat menunaikan ibadah puasa yaaa... Semoga ibadah puasa kita di bulan Ramadhan ini dimudahkan dan mengantarkan kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya... Izinkan juga saya menghaturkan maaf setulus hati atas segala yang pernah mengganjal dan tidak berkenan....

Senin, 25 Agustus 2008

It's 5.27 PM

It's 5.27 PM rite now, and I have a class at 6 PM. But I just feel soooooo lazy. I don't feel like going to class. And Xue just told me that for tonight's class we have another guest speaker. AGAIN. Oh, okay... We already have 2 guest speakers last week! Ugh... Really don't feel like going to class. I'm just sooo tired. I finished my assignment at 3.30 PM this afternoon, while it's actually due today at 5 PM. And I didin't have enough sleep last night... Thank's for the assignment Christian, it really makes me have something to waoory about for the whole week.

Arrggghh... Do I really have to go to class? It's only a 2 hours lecute, but it feels like the whole nite! Ugh...

Well, anyway... Let's go... I have a class to nite..Hiks... Well, at least I have my rendang for dinner tonight...

Sabtu, 23 Agustus 2008

Saya, Kerupuk, dan Semangka (Refleksi Hari Kemerdekaan)

Teman-temaaan… Saya senaaaaanggg!!! Hari ini saya bergembira ria… Hehehe… jadi kan masih dalam nuansa merah putih bulan Agustus, MIIS alias Monash Indonesian Islamic Society mengadakan peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Kali ini masih di kecamatan Clayton, rumah Pak Burhan dkk di Morton Street yang jadi lokasi (Nuhun ya Pak, maaph tadi ga sempet bantuin beres-beres).

Kali ini, acaranya lebih seru daripada Peringatan 17an di KJRI kemaren. Mungkin karena ini untuk komunitas yang lebih sering ketemu kali yaaa… Jadi lebih akrab dan lebih berani malu.

Sebenernya sih hari ini saya ada kuliah, block-mode, jadi dari jam 9 pagi sampe jam 5 sore. Tapi demi keinginan menikmati Food Festival rasa tanggung jawab sebagai anggota MIIS, saya mantapkan niat dan langkah menuju lokasi acara.

Berangkat agak mepet dengan yang direncanakan karena bangun telat banyak yang harus dipersiapkan. Karena acara MIIS dimulai jam 10 pagi, dan saya kuliah dari jam 9, maka saya dengan cerdiknya masuk kelas dulu, naruh tas, dan lalu melenggang keluar. Cukup tas nya saja yang absen. Apalagi mengingat topik hari ini mengenai bush-fire management in Australia, kayaknya kalaupun saya ikut kuliah, saya akan mirip dengan tas tersebut, hanya duduk manis tanpa menaruh minat apapun.

Sampai tempat acara, M’Budi, M’Novi dan temen-temen lain lagi masang-masang spanduk. Saya ikut terlihat sibuk dengan mondar-mandir tak tentu arah. Well, anyway, setelah molor 30 menitan dari jadwal, acara pun dimulai dengan upacara bendera ala kadarnya. Hehehe… Bukan upacara bendera beneran sih, benderanya udah dipasang duluan di tiang jemuran (yang sepanjang hari itu terbukti banyak berjasa dalam keberlangsungan acara). Jadi kami cuma bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hari Proklamasi dengan dipimpin M’Vike sebagai dirigen. Keren euy Mbak… Bisa tuh duet sama Addie MS. Setelah itu, ada acara… Lomba makan kerupuk!! Uhuuuiii… Yang ikut di sesi pertama adalah anak-anak kecil yang cukup kecil. Ih, lucu-lucu deeeehhh…. Apalagi yang namanya Daphny (gitu bukan sih ejaannya?).

Cuma sayang, mungkin karena ini pertama kali mereka ikut 17an, bukannya melahap kerupuk dengan penuh semangat (seperti yang diinginkan oleh para orang tua mereka), para anak kecil ini malah cenderung pada bingung, kenapa begitu banyak orang dewasa bersorak sorai tidak jelas di sekeliling mereka sementara para orang tua mereka dengan manisnya membujuk mereka untuk makan kerupuk yang tergantung-gantung itu. Terus, sesi kedua, adalah anak kecil yang sudah tidak terlalu kecil lagi. Naaahh… Mungkin karena pernah merasakan perlombaan serupa di Indonesia, yang ini tingkat kompetisinya lebih terasa. Saya kagum deh dengan yang akhirnya memang jadi juara pertama, dia tauuuu banget gimana caranya memposisikan kepala supaya giginya bisa nancep dengan pas. Kami para kaum dewasa ini juga berkesempatan untuk menunjukkan keahlian kami berkompetisi di lomba yang memerlukan skill tingkat tinggi ini. Hasilnya? Hohoho…. Tidak sia-sia saya ga sarapan…dengan penuh rasa lapar semangat saya berhasil membabat habis lawan saya di lomba ini, dan keluar sebagai Juara II!! Well, yang juara I: M’Ola, kandidat Ph.D…. Akahahahaha… Oh iyaa…kebetulan ada dua orang Jepang, temennya M’Erni di Faculty of Education yang ikut dateng. Waaah… mata mereka yang sipit jadi membesaaar begitu melihat brutalitas semangat kami saat menggerogoti kerupuk-kerupuk itu. Mereka juga jadi berminat ikut lhoo… Hihihi…

Lomba kelereng untuk anak-anak, sayangnya tidak begitu didukung oleh para orang tua, karena para orang tua tiba-tiba saja merasakan panggilan hati untuk menuju ke halaman depan, dimana Food Festival tengah berlangsung. Anyway, it was also quite fun, walopun ada satu orang yang nyaris nangis waktu harus mengembalikan kelerengnya…

Nah…lomba selanjutnya adalah… Mencabut Koin dari Semangka!! Gyahahaha… Seru abis deh.. Dan Anis, salah satu peserta, dengan kecerdasan tingkat tinggi berhasil menemukan kostum yang menjadi solusi untuk menghindari tercemarnya pakaian peserta dari noda custard yang dipake untuk melumuri si semangka. Kita, para peserta, demi alasan sanitasi dan kebersihan memutuskan untuk memakai…KANTONG SAMPAH!! Jeng jeng… Cuma gara-gara kantong sampah ini saya semakin yakin kalo saya punya kecenderungan yang medarah adging untuk mempermalukan diri sendiri. Waktu saya mau bergaya ala Charlie’s Angels dengan si kantong sampah, saya baru sadar bahwa saya berdiri persissss di samping Pak Konjen…

Ini juga salah satu lomba yang memerlukan brutalitas skill dan premanisme keahlian tingkat tinggi. Sejumlah kecil koin yang ditancapkan di semangka harus diperebutkan oleh 4 kepala, dan semua peserta sudah begitu menggebu-gebu untuk menyandang gelar sebagai juara sejati. Dalam lomba ini, saya tidak begitu beruntung, saya berada pada posisi keempat dari empat peserta wanita, dan posisi kedelapan dari keseluruhan delapan peserta. Ya..ya…ya… Rejeki saya memang ada di kerupuk, bukan di semangka. Yang berhasil menyabet gelar juara adalah Aniss…..yeaahh.. Tepuk tangan sodara-sodara… Demi menghibur hati yang tertohok karena kekalahan telak bersama semangka, saya memutuskan untuk berfoto bersama si semangka itu… Tapi apa daya sodara-sodara… Semangka itu langsung meluncur dari pelukan saya yang sedang mengatur pose narsis jaya untuk berfoto bersama sang semangka, dan pecaaaahhh!! Huaaa… Seakan ingin semakin memojokkan saya, salah seorang yang melihat tragedi itu langsung berujar: “Kalo emang pengen bawa pulang semangkanya, ngomong aja langsung, ga usah gitu segala dong caranya… “. Yaaa…ya… ya… aku dan semangka, memang bukanlah soulmate satu sama lain..

Lomba selanjutnya adalah lomba iring balon. Saya berpasangan dengan Indira..dan karena perbandingan tinggi badan yang tidak sepadan, kami dengan suksesnya gagal (hmm…perpaduan kata yang aneh) meraih kegemilangan sebagai juara… Anyway, selamat buat M’Jaka dan P’Aan yang langsung dinobatkan sebagai couple of the year begitu mereka dengan kerja sama yang sempurna berhasil merebut Juara I. Yang terlihat sangat terpukul sepertinya P’Burhan, karena sampai dengan putaran pertama berhasil memimpin, tapi karena entah P’Burhan atau pasangannya terpeleset, kemenangan itu pun tergelincir dari genggaman mereka.

Lomba menggiring balon itu adalah lomba terakhir. Dan acara pun ditutup dengan pembagian hadiah untuk para pemenang dan peserta. Ehm… Senangnya… Terakhir kali saya dapet hadiah dalam rangka 17an ini kan sekitar…uhmmm… Say, 18 years ago, maybe?

Habis itu masih ada beberapa acara tidak resmi, seperti pembagian popcorn dari M’Budi, pengosongan toples milik Ides dari kaastengel, transaksi jual-beli tahu isi dan pisang goreng antara saya dan M’Ade *Mbaaak… aku ketagihaaaann… tahu isinya is soooo kicking alias nendang banget*, dan perpindahan satu kotak kue lumpur dan amparan tatak produksi Qq ke tangan saya…

Pulang dari lokasi acara, saya masih sempet singgah di H4 Menzies Building untuk ikut kuliah, yang berakhir sekitar 2 jam setelah saya nyampe… Hehehe… Ya maaph… Yang penting kan tas saya sudah sempat mewakili kehadiran saya di kuliah terakhir Frontiers. Jadi malu euy, waktu Jamie ngomong ke saya: “I thought you skipped the class because you’re working on the essay for Christian…”. Oh iyaa… essay itu… due nya Senin ini ya… Hiks…

Anyway, it’s one of the day where I eat, smile and laugh a lot, because I had sooooo much fun!!

By the way, ada juga foto-foto yang saya pajang disiniiii…., dan reportasenya Indira bisa juga dibaca disini.

Rabu, 20 Agustus 2008

Enggak Kooookk...

Denial? Enggak juga ah...

Oke, ada EMPAT BELAS foto. But I have some good reasons on that!!!

And I don't think that I was blushed!! Kebetulan aja tiba-tiba pengen senyum waktu namanya disebut...

Jadi...intinya adalah... It does not mean anything...Okeeee???

*postingan ga jelas di tengah kepanikan due date assignment*

Minggu, 17 Agustus 2008

Tujuh Belas Agustus Tahun Dua Ribu Lapan...


Satu kata untuk memulai posting kali ini: MERDEKA!!!
Alhamdulillah…sebelumnya, saya belum pernah terbayang akan pernah mengalami upacara bendera untuk memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan RI di negeri orang. Dan kali ini, saya berkesempatan untuk mengikuti Upacara Pengibaran Bendera di Melbourne!! Allahu Akbar…
Pagi tadi, dengan susah payah bangun pagi (jam 7 itu bagi saya pagiii banget, secara saya biasanya bangun jam 9) diiringi tatapan khawatir dari Indira. Tapiii… demi menghadiri Food Festival Upacara Bendera di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (selanjutnya akan disebut KJRI saja), dengan semangat teguh kukuh berlapis baja, saya pun segeraaaa… minum kopi dulu. Habis itu, baru mandi…

Dengan semangat 17an, pagi-pagi udah nyetel lagu-lagu nasional sambil bersiap-siap berangkat. Pas nyampe di Huntingdale, ternyata banyak juga temen-temen yang berniat ke KJRI juga. Jadilah kita berombongan naik kereta api. Saya, Indira, M’Novi, M’Kiki, M’Asih dan beberapa temen lainnya turun di Flinders Street Station. Sebagian rombongan turun di Armadale Station, karena memang lebih deket. Tapi saya tidak turun disana karena…saat kereta nyampe di Armadale saya masih tersandar di dinding kereta, tertidur dengan manisnya. Yah, begitulah…susah memang kalo mirip dengan Sleeping Beauty.

Naik trem no. 16 sampai Stop No. 27, dan trem itu penuuuh dengan orang Indonesia. Senangnyaaa…

Nyampe di KJRI, udah rameee banget. Kita sempet bingung, upacaranya di sebelah mana toh? Sempet mencari kehangatan dulu di Aula KJRI, tapi ternyata upacaranya di halaman depan. Ya betul juga sih…mana ada upacara bendera yang in-door?

Saat mengatur barisan, tidak berarti kami kehilangan sense of photography. Tiap kali terlihat ada kamera siap dipencet, kita tidak mau mengecewakan pemilik kamera tersebut dengan menyia-nyiakan kesempatan untuk bergaya. Tentu saja, kami semua punya asumsi bahwa semua kamera memang ditujukan pada kami. Asumsi yang sewenang-wenang memang… tapi bermanfaat bagi kami. Walaupun sebenernya setiap kali selesai ber-klik-klik ria, dengan polosnya saya suka nanya: “Eh, tadi emangnya kamera punya siapa sih?”.
Oke, kembali ke acara utama: Upacara Bendera. Susunan acara yang standar seperti Upacara Bendera dimana-mana. Ada Inspektur Upacara, ada Pembina Upacara, ada Paskibra. Upacara berlangsung cukup khidmat, walaupun cuaca Melbourne seperti biasa memamerkan kemampuannya membuat orang menggigil dengan angin yang tingkat dinginnya nendang banget…. Frankly speaking, saya sudah merasa mata saya berkaca-kaca karena terharu begitu melihat bendera itu naik perlahan diiringi lagu Indonesia Raya. Saya bangga jadi orang Indonesia, tapi sekaligus malu karena saya merasa masih begitu kecil kontribusi saya untuk negeri saya tercinta. Saya tidak mau menjadi orang-orang yang terus menerus mengeluh dan pesimis tentang kondisi negara ini. Saya tahu, harus ada yang saya lakukan, dan melihat Sang Dwiwarna berkibar, membuat tekad saya kuat kembali. Saya ada disini, untuk kembali dan membaktikan diri pada Ibu Pertiwi.

Oh iya, satu hal yang saya anggap agak tidak lazim. Disini sikap penghormatan ga pake menyentuhkan tangan ke kening kayak biasa, tapi kita disuruh hanya menganggukkan kepala. Aneh, dan bagi saya, ada yang kurang. Aneh aja rasanya pas bendera dinaikkan tapi ga ngasih penghormatan… Well, anyway…yang penting esensinya dapet…

Satu lagi yang bedaaaa banget sama Upacara di Indonesia: DINGINNYA POL!!!
Salut deh sama Rombongan Ibu-ibu Dharma Wanita ini yang tetap bertahana dengan kebaya mereka. Heuu…senangnya liat ibu-ibu berkebaya…

Selesai upacara, kita semua dengan semangat narsis jaya langsung mencari spot terbaik untuk membuktikan bahwa kita pernah bertujuhbelasan ria di negeri orang.


















Setelah itu, apa lagi coba? Jelaasss…tentunya kita langsung menyerbu mendatangi stand makanan. Ada bakso, siomay, sate padang, cendol (enak banget, sumpah…, cendol terenak yang pernah saya rasakan di tanah Ostrali ini), pempek, nasi begana, jajan pasar (ada wingko!!!), pokoknya berasa terharuuuu…deh. Sampai-sampai hidung saya meler. Oh, bukan ding. Hidung meler mah karena kedinginan. Well, anyway…
Terus..terus…ada acara hiburan jugaaa… ada gamelan, dan yang main gamelan tuh para bule! Ih, jadi malu…saya aja masih ga ngerti do re mi nya gamelan itu bagaimana.. Dan para bule itu aja main gamelannya sambil nembang lho!! Habis gamelan, ada penampilan dari…Band Indomonashis!!
Hemm…lumayan… Tapi, kayaknya band ini agak-agak disalahgunakan sama panitia acara deh. Seharusnya kan setelah mereka tampil, akan dilanjutkan dengan performnya tim pencak silat. Tapi si para pelaku pencak silat ga muncul-muncul. Jadi aja para pemain band ini terus menerus membawakan berbagai lagu untuk tetap memeriahkan panggung (atau supaya panggung nggak kosong? hmm…). Bassis nya aja sempet keliatan agak desperado waktu nyari pembawa acara yang ngabur tidak berada di tempat… hehehe… santai aja Mas..kita tetap setia bertepuk tangan kok…

Eniwei, dimanapun Anda merayakan hari Proklamasi Kemerdekaan RI ini…salam MERDEKA!!! Semoga bangsa kita bisa kembali bangkit dan berjaya…..

Merah putih, tetaplah kau berkibar… di ujung tiang tertinggi…

PS: Oh iyaaa…. Satu lagi …Selamat buat pasangan Hendra Setiawan dan Kido Markis yang mempersembahkan medali emas untuk tim Indonesia di Beijing. You’re also the Heroes!!












Minggu, 10 Agustus 2008

Tahu Isi, Emosi, dan Komplikasi...

Aaaahhhh.... aku tau aku sudah melanggar janjiku sendiri untuk tidak apdet blog sampai tugas-tugas sialan itu selesaaaiii... Tapi, tapi, tapiii.... Well, anyway, Sustainability Measurement nya udah hampir selesai koookk... Tinggal conclusion... sama introduction...sama company's profile...

Oke, jadi begini ceritanya..siapa sih yang ga suka jajan? Siapa coba...siapaaa??? Nah, apalagi dengan status mahasiswa perantauan begini, gimana kami ga semangat kalap jaya begitu tahu bahwa akan ada Pujasera alias Indonesian Food Festival? Apalagi dengan tulisan kecil-kecil di lembar informasinya (yang juba berukuran mini) bahwa akan ada pempek, combro, tahu gejrot, otak-otak, nasi timbel, batagor, kue cucur de el el... Jadilah aku, Indira, Meike, Arya+ suami (orang tua adopsi ku..hehehehe..) plus Desi dengan penuh semangat menempuh perjalanan menembus dinginnya udara Melben yang tidak senonoh itu ke Hawthorn. Aku, demi nasi timbel, Meike, demi tahu gejrot, dan Indira, demi pempek....

Sampai di stasiun Glenferrie, kita sempet salah jalan. Tapi ya gapapa lah, soalnya setelah diingatkan oleh Indira, kekalapanku belum didukung dengan modal yang ada di dompet. Jadi sempet ngambil duit dulu di ATM. Tadinya pas keluar dari stasiun, kita udah tersenyum bahagia begitu meliat di seberang jalan ada ATM. Jadi kita jalan 100 meteran gitu ke penyebrangan, nyebrang, dan jalan 100 meter lagi ke ATM itu. Begitu selesai ngambil duit dan balik kanan grak, aku langsung merasa tertohok. Ternyataaaa...20 meter di SEBELAH pintu keluar stasiun itu, ada ATM jugaaa!!!! Aku langsung merasa seperti orang bodoh...

Oke, balik ke acara Pujasera. Setelah Meike nelfon seorang temen yang kebetulan jadi panitia, dengan baik hatinya 2 orang panitia menjemput kita di stasiun dan mengantarkan kita ke tempat acara. Kita salut deh dengan panitia, sepertinya mereka menggunakan jasa pawang hujan yang cukup profesional. Semept gerimis mengundang, tapi tiba-tiba aja udah ada matahariii... Wow, pawang hujan yang kereeenn... Kita sempet berniat mau mengecek atap tempat pelaksanaan acara, siapa tau ada cabe, lidi atau semacamnya..

Well, acara baru mulai jam 5 sore, tapi kita udah nongol disana jam 5 kurang 15...heu, ketahuan lapernya ya? Nah, disana sistemnya pake kupon. Jadi kita bayar 10AUD gitu dulu, terus bakal dikasih lembar kupon 1 AUD sebanyak 5 lembar dan 50 sen sebanyak 10 lembar. kupon uang-uangan ini yang bakal ditukerin sama makanan yang kita pengen di stand makanannya. Aku udah pengen nyari dadu aja, habis berasa kayak main monopoli deh dengan uang mainan gitu...tinggal kurang kupon "kesempatan" aja..

A quick review about the food. Batagornya lumayan. Es campurnya enak. Pempeknya kurang nendang, dan makannya ribet. Soalnya disajikan dalam keadaan udah dingin, sehingga jadinya bukan kenyal, tapi keraaasss... Dan percaya deh, susaaaah banget makannya, soalnya ditaruh dalam piring plastik gitu dengan garpu plastik yang nyaris tidak berdaya untuk ditancepkan k si-pempek-yang-udah-terlanjur-keras itu, aku berhasil menghabiskannya hanya dengan 3 kali mencipratkan kuah pempek itu ke celanaku (yang berwarna berwarna PUTIH!). Nasi timbelnya gitu-gitu aja. Kerak telornya keasinan. Otak-otaknya lumayan, walopun kecil mungil sekelingking gitu. Combronya katanya enak. Tahu isinya? Bikin emosi. Aku udah ngantri lamaaaa....udah bayar, dan dicuekin sama yang jaga. Sebel. Udah gitu, rada blenyek, isinya rasanya agak...umm...eksotis?..dan di gigitan terakhir tepung nya yang belum mateng masih berasa. Pisang gorengnya waktu masih panas sih enak, tapi dengan suhu di Melben (yang sekali lagi, sungguh tidak senonoh...) langsung dingin, dan jadinya blenyek-berminyak gitu.

Emosi di hati tidak hanya terjadi karena tahu isi. Aku ngantri lagi untuk beli kupon, karena apa daya kupon tinggal 3 lemnbar 50 sen-an, padahal masih pengen es campur dan nasi timbel. Ngantrinya panjaaaaaang, dan begitu tinggal satu orang lagi di depanku sebelum giliranku, masuklah segerombolan cewek sengak kebanyak duit yang kuliah di luar negeri cuma buat keren-kerenan aja (sudah terasa kan betapa emosinya saya?). Mereka langsung berdiri di depan meja pembelian kupon

Cewek Sengak (CS) 1: Ih, lucu ya..belinya pake kupon ginian..

CS 2 : Iya..ditukerinnya disini ya…

CS 3 : Iya..yuk, beli kuponnya yuk..

CS 1 : Eh, ngantri lho booooo’’’’ (percaya deh, dia ngomong dengan nada melengking ber pitch tinggi)

CS 2 : Oh ya? Masa sih? (Hah! Dia pikir barisan orang di depan meja itu lagi ngapain? Main ular naga panjangnya?)

CS 3 : ah, kita antrinya mulai dari sini aja kenapaaa…biarin aja kan bow’.. (sambil mengeluarkan duit dari dompet)

Sampai disini, dengan wajah yang biasanya aku pasang kalo nemuin mahasiswa yang ketangkap basah ngeluarin kerpekan pas lagi ujian, aku langsung nyolek si CS 3

Aku (si-dosen-killer-yang-cerewet): Mbak! Ngantrinya dari belakang!

Si Cewek Sengak 3 sempat menoleh dengan ekspresi emang-siapa-elu ke aku (you know, mata yang agak disipitkan sambil mengernyitkan kening dan alis terangkat sebelah), tapi begitu melihat ekspresiku yang merupakan gambaran wajah pembunuh yang tengah murka, dia langsung bengong, memasukkan kembali dompetnya (sumpah, dia sempet nyaris meloncat ke belakang) dan langsung bergumam.. ”Iya..iya..saya antri..”

Pertemuanku dengan gerombolan Cewek Sengak itu belum kelar. Pas lagi ngantri nasi timbel, gerombolan itu antri pas di belakangku. Sekarang sudah bertambah satu cowok. Kebetulan stand nasi timbel itu juga menjual nasi gudeg

CS 1 : Eh, ini makanan apaan siiiihhh..

CS 2 : (melangkah mundur ke belakang untuk membaca tulisan di atap stand) Nasi timbel sama nasi gudeg

CS 1 : Itu apaan??

CS 2 : Aduh, gua juga ga tau ya booo’’’…..

CS 3 : Emang nasi gudeg itu yang gimana sih? Gua belum pernah deh..

CS 1 : Iya, rasanya bagaimana ya?

CS 2 : Gua belum pernah lho denger makanan nasi gudeg gitu..

CS 3 : Iya..apan itu ya? Aneh deh namanya…

Oh. My. God….

Untunglah pesanan nasi timbel saya udah siap… Kalo enggak, dan saya masih harus mendengarkan obrolan mereka lebih lama lagi… Bisa-bisa mereka saya bikin jadi isi sop buntut dah…

Eniwei…kami pun pulang dengan perut kenyaaaaaaanggg…. Hemm… jadi ga sabar nunggu acara 17an di Konjen nanti… Semoga juga bakal ada tahu isi, tapi ga bikin emosi lagi…

PS: Mind the title, tahu isi dan emosi memang masih nyambung, tapi kata “komplikasi” adalah kata pertama yang terlintas di benak saya supaya berakhiran -si.

Gambar tahu isi n ya pinjem dari sini, dan tahu isi yang dijual kemaren sama sekali ga mirip dengan yang ada di gambar itu.

Minggu, 31 Agustus 2008

Menjelang Ramadhan 1429 H...

Teman-teman semuaaa... Selamat menunaikan ibadah puasa yaaa... Semoga ibadah puasa kita di bulan Ramadhan ini dimudahkan dan mengantarkan kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya... Izinkan juga saya menghaturkan maaf setulus hati atas segala yang pernah mengganjal dan tidak berkenan....

Senin, 25 Agustus 2008

It's 5.27 PM

It's 5.27 PM rite now, and I have a class at 6 PM. But I just feel soooooo lazy. I don't feel like going to class. And Xue just told me that for tonight's class we have another guest speaker. AGAIN. Oh, okay... We already have 2 guest speakers last week! Ugh... Really don't feel like going to class. I'm just sooo tired. I finished my assignment at 3.30 PM this afternoon, while it's actually due today at 5 PM. And I didin't have enough sleep last night... Thank's for the assignment Christian, it really makes me have something to waoory about for the whole week.

Arrggghh... Do I really have to go to class? It's only a 2 hours lecute, but it feels like the whole nite! Ugh...

Well, anyway... Let's go... I have a class to nite..Hiks... Well, at least I have my rendang for dinner tonight...

Sabtu, 23 Agustus 2008

Saya, Kerupuk, dan Semangka (Refleksi Hari Kemerdekaan)

Teman-temaaan… Saya senaaaaanggg!!! Hari ini saya bergembira ria… Hehehe… jadi kan masih dalam nuansa merah putih bulan Agustus, MIIS alias Monash Indonesian Islamic Society mengadakan peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Kali ini masih di kecamatan Clayton, rumah Pak Burhan dkk di Morton Street yang jadi lokasi (Nuhun ya Pak, maaph tadi ga sempet bantuin beres-beres).

Kali ini, acaranya lebih seru daripada Peringatan 17an di KJRI kemaren. Mungkin karena ini untuk komunitas yang lebih sering ketemu kali yaaa… Jadi lebih akrab dan lebih berani malu.

Sebenernya sih hari ini saya ada kuliah, block-mode, jadi dari jam 9 pagi sampe jam 5 sore. Tapi demi keinginan menikmati Food Festival rasa tanggung jawab sebagai anggota MIIS, saya mantapkan niat dan langkah menuju lokasi acara.

Berangkat agak mepet dengan yang direncanakan karena bangun telat banyak yang harus dipersiapkan. Karena acara MIIS dimulai jam 10 pagi, dan saya kuliah dari jam 9, maka saya dengan cerdiknya masuk kelas dulu, naruh tas, dan lalu melenggang keluar. Cukup tas nya saja yang absen. Apalagi mengingat topik hari ini mengenai bush-fire management in Australia, kayaknya kalaupun saya ikut kuliah, saya akan mirip dengan tas tersebut, hanya duduk manis tanpa menaruh minat apapun.

Sampai tempat acara, M’Budi, M’Novi dan temen-temen lain lagi masang-masang spanduk. Saya ikut terlihat sibuk dengan mondar-mandir tak tentu arah. Well, anyway, setelah molor 30 menitan dari jadwal, acara pun dimulai dengan upacara bendera ala kadarnya. Hehehe… Bukan upacara bendera beneran sih, benderanya udah dipasang duluan di tiang jemuran (yang sepanjang hari itu terbukti banyak berjasa dalam keberlangsungan acara). Jadi kami cuma bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hari Proklamasi dengan dipimpin M’Vike sebagai dirigen. Keren euy Mbak… Bisa tuh duet sama Addie MS. Setelah itu, ada acara… Lomba makan kerupuk!! Uhuuuiii… Yang ikut di sesi pertama adalah anak-anak kecil yang cukup kecil. Ih, lucu-lucu deeeehhh…. Apalagi yang namanya Daphny (gitu bukan sih ejaannya?).

Cuma sayang, mungkin karena ini pertama kali mereka ikut 17an, bukannya melahap kerupuk dengan penuh semangat (seperti yang diinginkan oleh para orang tua mereka), para anak kecil ini malah cenderung pada bingung, kenapa begitu banyak orang dewasa bersorak sorai tidak jelas di sekeliling mereka sementara para orang tua mereka dengan manisnya membujuk mereka untuk makan kerupuk yang tergantung-gantung itu. Terus, sesi kedua, adalah anak kecil yang sudah tidak terlalu kecil lagi. Naaahh… Mungkin karena pernah merasakan perlombaan serupa di Indonesia, yang ini tingkat kompetisinya lebih terasa. Saya kagum deh dengan yang akhirnya memang jadi juara pertama, dia tauuuu banget gimana caranya memposisikan kepala supaya giginya bisa nancep dengan pas. Kami para kaum dewasa ini juga berkesempatan untuk menunjukkan keahlian kami berkompetisi di lomba yang memerlukan skill tingkat tinggi ini. Hasilnya? Hohoho…. Tidak sia-sia saya ga sarapan…dengan penuh rasa lapar semangat saya berhasil membabat habis lawan saya di lomba ini, dan keluar sebagai Juara II!! Well, yang juara I: M’Ola, kandidat Ph.D…. Akahahahaha… Oh iyaa…kebetulan ada dua orang Jepang, temennya M’Erni di Faculty of Education yang ikut dateng. Waaah… mata mereka yang sipit jadi membesaaar begitu melihat brutalitas semangat kami saat menggerogoti kerupuk-kerupuk itu. Mereka juga jadi berminat ikut lhoo… Hihihi…

Lomba kelereng untuk anak-anak, sayangnya tidak begitu didukung oleh para orang tua, karena para orang tua tiba-tiba saja merasakan panggilan hati untuk menuju ke halaman depan, dimana Food Festival tengah berlangsung. Anyway, it was also quite fun, walopun ada satu orang yang nyaris nangis waktu harus mengembalikan kelerengnya…

Nah…lomba selanjutnya adalah… Mencabut Koin dari Semangka!! Gyahahaha… Seru abis deh.. Dan Anis, salah satu peserta, dengan kecerdasan tingkat tinggi berhasil menemukan kostum yang menjadi solusi untuk menghindari tercemarnya pakaian peserta dari noda custard yang dipake untuk melumuri si semangka. Kita, para peserta, demi alasan sanitasi dan kebersihan memutuskan untuk memakai…KANTONG SAMPAH!! Jeng jeng… Cuma gara-gara kantong sampah ini saya semakin yakin kalo saya punya kecenderungan yang medarah adging untuk mempermalukan diri sendiri. Waktu saya mau bergaya ala Charlie’s Angels dengan si kantong sampah, saya baru sadar bahwa saya berdiri persissss di samping Pak Konjen…

Ini juga salah satu lomba yang memerlukan brutalitas skill dan premanisme keahlian tingkat tinggi. Sejumlah kecil koin yang ditancapkan di semangka harus diperebutkan oleh 4 kepala, dan semua peserta sudah begitu menggebu-gebu untuk menyandang gelar sebagai juara sejati. Dalam lomba ini, saya tidak begitu beruntung, saya berada pada posisi keempat dari empat peserta wanita, dan posisi kedelapan dari keseluruhan delapan peserta. Ya..ya…ya… Rejeki saya memang ada di kerupuk, bukan di semangka. Yang berhasil menyabet gelar juara adalah Aniss…..yeaahh.. Tepuk tangan sodara-sodara… Demi menghibur hati yang tertohok karena kekalahan telak bersama semangka, saya memutuskan untuk berfoto bersama si semangka itu… Tapi apa daya sodara-sodara… Semangka itu langsung meluncur dari pelukan saya yang sedang mengatur pose narsis jaya untuk berfoto bersama sang semangka, dan pecaaaahhh!! Huaaa… Seakan ingin semakin memojokkan saya, salah seorang yang melihat tragedi itu langsung berujar: “Kalo emang pengen bawa pulang semangkanya, ngomong aja langsung, ga usah gitu segala dong caranya… “. Yaaa…ya… ya… aku dan semangka, memang bukanlah soulmate satu sama lain..

Lomba selanjutnya adalah lomba iring balon. Saya berpasangan dengan Indira..dan karena perbandingan tinggi badan yang tidak sepadan, kami dengan suksesnya gagal (hmm…perpaduan kata yang aneh) meraih kegemilangan sebagai juara… Anyway, selamat buat M’Jaka dan P’Aan yang langsung dinobatkan sebagai couple of the year begitu mereka dengan kerja sama yang sempurna berhasil merebut Juara I. Yang terlihat sangat terpukul sepertinya P’Burhan, karena sampai dengan putaran pertama berhasil memimpin, tapi karena entah P’Burhan atau pasangannya terpeleset, kemenangan itu pun tergelincir dari genggaman mereka.

Lomba menggiring balon itu adalah lomba terakhir. Dan acara pun ditutup dengan pembagian hadiah untuk para pemenang dan peserta. Ehm… Senangnya… Terakhir kali saya dapet hadiah dalam rangka 17an ini kan sekitar…uhmmm… Say, 18 years ago, maybe?

Habis itu masih ada beberapa acara tidak resmi, seperti pembagian popcorn dari M’Budi, pengosongan toples milik Ides dari kaastengel, transaksi jual-beli tahu isi dan pisang goreng antara saya dan M’Ade *Mbaaak… aku ketagihaaaann… tahu isinya is soooo kicking alias nendang banget*, dan perpindahan satu kotak kue lumpur dan amparan tatak produksi Qq ke tangan saya…

Pulang dari lokasi acara, saya masih sempet singgah di H4 Menzies Building untuk ikut kuliah, yang berakhir sekitar 2 jam setelah saya nyampe… Hehehe… Ya maaph… Yang penting kan tas saya sudah sempat mewakili kehadiran saya di kuliah terakhir Frontiers. Jadi malu euy, waktu Jamie ngomong ke saya: “I thought you skipped the class because you’re working on the essay for Christian…”. Oh iyaa… essay itu… due nya Senin ini ya… Hiks…

Anyway, it’s one of the day where I eat, smile and laugh a lot, because I had sooooo much fun!!

By the way, ada juga foto-foto yang saya pajang disiniiii…., dan reportasenya Indira bisa juga dibaca disini.

Rabu, 20 Agustus 2008

Enggak Kooookk...

Denial? Enggak juga ah...

Oke, ada EMPAT BELAS foto. But I have some good reasons on that!!!

And I don't think that I was blushed!! Kebetulan aja tiba-tiba pengen senyum waktu namanya disebut...

Jadi...intinya adalah... It does not mean anything...Okeeee???

*postingan ga jelas di tengah kepanikan due date assignment*

Minggu, 17 Agustus 2008

Tujuh Belas Agustus Tahun Dua Ribu Lapan...


Satu kata untuk memulai posting kali ini: MERDEKA!!!
Alhamdulillah…sebelumnya, saya belum pernah terbayang akan pernah mengalami upacara bendera untuk memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan RI di negeri orang. Dan kali ini, saya berkesempatan untuk mengikuti Upacara Pengibaran Bendera di Melbourne!! Allahu Akbar…
Pagi tadi, dengan susah payah bangun pagi (jam 7 itu bagi saya pagiii banget, secara saya biasanya bangun jam 9) diiringi tatapan khawatir dari Indira. Tapiii… demi menghadiri Food Festival Upacara Bendera di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (selanjutnya akan disebut KJRI saja), dengan semangat teguh kukuh berlapis baja, saya pun segeraaaa… minum kopi dulu. Habis itu, baru mandi…

Dengan semangat 17an, pagi-pagi udah nyetel lagu-lagu nasional sambil bersiap-siap berangkat. Pas nyampe di Huntingdale, ternyata banyak juga temen-temen yang berniat ke KJRI juga. Jadilah kita berombongan naik kereta api. Saya, Indira, M’Novi, M’Kiki, M’Asih dan beberapa temen lainnya turun di Flinders Street Station. Sebagian rombongan turun di Armadale Station, karena memang lebih deket. Tapi saya tidak turun disana karena…saat kereta nyampe di Armadale saya masih tersandar di dinding kereta, tertidur dengan manisnya. Yah, begitulah…susah memang kalo mirip dengan Sleeping Beauty.

Naik trem no. 16 sampai Stop No. 27, dan trem itu penuuuh dengan orang Indonesia. Senangnyaaa…

Nyampe di KJRI, udah rameee banget. Kita sempet bingung, upacaranya di sebelah mana toh? Sempet mencari kehangatan dulu di Aula KJRI, tapi ternyata upacaranya di halaman depan. Ya betul juga sih…mana ada upacara bendera yang in-door?

Saat mengatur barisan, tidak berarti kami kehilangan sense of photography. Tiap kali terlihat ada kamera siap dipencet, kita tidak mau mengecewakan pemilik kamera tersebut dengan menyia-nyiakan kesempatan untuk bergaya. Tentu saja, kami semua punya asumsi bahwa semua kamera memang ditujukan pada kami. Asumsi yang sewenang-wenang memang… tapi bermanfaat bagi kami. Walaupun sebenernya setiap kali selesai ber-klik-klik ria, dengan polosnya saya suka nanya: “Eh, tadi emangnya kamera punya siapa sih?”.
Oke, kembali ke acara utama: Upacara Bendera. Susunan acara yang standar seperti Upacara Bendera dimana-mana. Ada Inspektur Upacara, ada Pembina Upacara, ada Paskibra. Upacara berlangsung cukup khidmat, walaupun cuaca Melbourne seperti biasa memamerkan kemampuannya membuat orang menggigil dengan angin yang tingkat dinginnya nendang banget…. Frankly speaking, saya sudah merasa mata saya berkaca-kaca karena terharu begitu melihat bendera itu naik perlahan diiringi lagu Indonesia Raya. Saya bangga jadi orang Indonesia, tapi sekaligus malu karena saya merasa masih begitu kecil kontribusi saya untuk negeri saya tercinta. Saya tidak mau menjadi orang-orang yang terus menerus mengeluh dan pesimis tentang kondisi negara ini. Saya tahu, harus ada yang saya lakukan, dan melihat Sang Dwiwarna berkibar, membuat tekad saya kuat kembali. Saya ada disini, untuk kembali dan membaktikan diri pada Ibu Pertiwi.

Oh iya, satu hal yang saya anggap agak tidak lazim. Disini sikap penghormatan ga pake menyentuhkan tangan ke kening kayak biasa, tapi kita disuruh hanya menganggukkan kepala. Aneh, dan bagi saya, ada yang kurang. Aneh aja rasanya pas bendera dinaikkan tapi ga ngasih penghormatan… Well, anyway…yang penting esensinya dapet…

Satu lagi yang bedaaaa banget sama Upacara di Indonesia: DINGINNYA POL!!!
Salut deh sama Rombongan Ibu-ibu Dharma Wanita ini yang tetap bertahana dengan kebaya mereka. Heuu…senangnya liat ibu-ibu berkebaya…

Selesai upacara, kita semua dengan semangat narsis jaya langsung mencari spot terbaik untuk membuktikan bahwa kita pernah bertujuhbelasan ria di negeri orang.


















Setelah itu, apa lagi coba? Jelaasss…tentunya kita langsung menyerbu mendatangi stand makanan. Ada bakso, siomay, sate padang, cendol (enak banget, sumpah…, cendol terenak yang pernah saya rasakan di tanah Ostrali ini), pempek, nasi begana, jajan pasar (ada wingko!!!), pokoknya berasa terharuuuu…deh. Sampai-sampai hidung saya meler. Oh, bukan ding. Hidung meler mah karena kedinginan. Well, anyway…
Terus..terus…ada acara hiburan jugaaa… ada gamelan, dan yang main gamelan tuh para bule! Ih, jadi malu…saya aja masih ga ngerti do re mi nya gamelan itu bagaimana.. Dan para bule itu aja main gamelannya sambil nembang lho!! Habis gamelan, ada penampilan dari…Band Indomonashis!!
Hemm…lumayan… Tapi, kayaknya band ini agak-agak disalahgunakan sama panitia acara deh. Seharusnya kan setelah mereka tampil, akan dilanjutkan dengan performnya tim pencak silat. Tapi si para pelaku pencak silat ga muncul-muncul. Jadi aja para pemain band ini terus menerus membawakan berbagai lagu untuk tetap memeriahkan panggung (atau supaya panggung nggak kosong? hmm…). Bassis nya aja sempet keliatan agak desperado waktu nyari pembawa acara yang ngabur tidak berada di tempat… hehehe… santai aja Mas..kita tetap setia bertepuk tangan kok…

Eniwei, dimanapun Anda merayakan hari Proklamasi Kemerdekaan RI ini…salam MERDEKA!!! Semoga bangsa kita bisa kembali bangkit dan berjaya…..

Merah putih, tetaplah kau berkibar… di ujung tiang tertinggi…

PS: Oh iyaaa…. Satu lagi …Selamat buat pasangan Hendra Setiawan dan Kido Markis yang mempersembahkan medali emas untuk tim Indonesia di Beijing. You’re also the Heroes!!












Minggu, 10 Agustus 2008

Tahu Isi, Emosi, dan Komplikasi...

Aaaahhhh.... aku tau aku sudah melanggar janjiku sendiri untuk tidak apdet blog sampai tugas-tugas sialan itu selesaaaiii... Tapi, tapi, tapiii.... Well, anyway, Sustainability Measurement nya udah hampir selesai koookk... Tinggal conclusion... sama introduction...sama company's profile...

Oke, jadi begini ceritanya..siapa sih yang ga suka jajan? Siapa coba...siapaaa??? Nah, apalagi dengan status mahasiswa perantauan begini, gimana kami ga semangat kalap jaya begitu tahu bahwa akan ada Pujasera alias Indonesian Food Festival? Apalagi dengan tulisan kecil-kecil di lembar informasinya (yang juba berukuran mini) bahwa akan ada pempek, combro, tahu gejrot, otak-otak, nasi timbel, batagor, kue cucur de el el... Jadilah aku, Indira, Meike, Arya+ suami (orang tua adopsi ku..hehehehe..) plus Desi dengan penuh semangat menempuh perjalanan menembus dinginnya udara Melben yang tidak senonoh itu ke Hawthorn. Aku, demi nasi timbel, Meike, demi tahu gejrot, dan Indira, demi pempek....

Sampai di stasiun Glenferrie, kita sempet salah jalan. Tapi ya gapapa lah, soalnya setelah diingatkan oleh Indira, kekalapanku belum didukung dengan modal yang ada di dompet. Jadi sempet ngambil duit dulu di ATM. Tadinya pas keluar dari stasiun, kita udah tersenyum bahagia begitu meliat di seberang jalan ada ATM. Jadi kita jalan 100 meteran gitu ke penyebrangan, nyebrang, dan jalan 100 meter lagi ke ATM itu. Begitu selesai ngambil duit dan balik kanan grak, aku langsung merasa tertohok. Ternyataaaa...20 meter di SEBELAH pintu keluar stasiun itu, ada ATM jugaaa!!!! Aku langsung merasa seperti orang bodoh...

Oke, balik ke acara Pujasera. Setelah Meike nelfon seorang temen yang kebetulan jadi panitia, dengan baik hatinya 2 orang panitia menjemput kita di stasiun dan mengantarkan kita ke tempat acara. Kita salut deh dengan panitia, sepertinya mereka menggunakan jasa pawang hujan yang cukup profesional. Semept gerimis mengundang, tapi tiba-tiba aja udah ada matahariii... Wow, pawang hujan yang kereeenn... Kita sempet berniat mau mengecek atap tempat pelaksanaan acara, siapa tau ada cabe, lidi atau semacamnya..

Well, acara baru mulai jam 5 sore, tapi kita udah nongol disana jam 5 kurang 15...heu, ketahuan lapernya ya? Nah, disana sistemnya pake kupon. Jadi kita bayar 10AUD gitu dulu, terus bakal dikasih lembar kupon 1 AUD sebanyak 5 lembar dan 50 sen sebanyak 10 lembar. kupon uang-uangan ini yang bakal ditukerin sama makanan yang kita pengen di stand makanannya. Aku udah pengen nyari dadu aja, habis berasa kayak main monopoli deh dengan uang mainan gitu...tinggal kurang kupon "kesempatan" aja..

A quick review about the food. Batagornya lumayan. Es campurnya enak. Pempeknya kurang nendang, dan makannya ribet. Soalnya disajikan dalam keadaan udah dingin, sehingga jadinya bukan kenyal, tapi keraaasss... Dan percaya deh, susaaaah banget makannya, soalnya ditaruh dalam piring plastik gitu dengan garpu plastik yang nyaris tidak berdaya untuk ditancepkan k si-pempek-yang-udah-terlanjur-keras itu, aku berhasil menghabiskannya hanya dengan 3 kali mencipratkan kuah pempek itu ke celanaku (yang berwarna berwarna PUTIH!). Nasi timbelnya gitu-gitu aja. Kerak telornya keasinan. Otak-otaknya lumayan, walopun kecil mungil sekelingking gitu. Combronya katanya enak. Tahu isinya? Bikin emosi. Aku udah ngantri lamaaaa....udah bayar, dan dicuekin sama yang jaga. Sebel. Udah gitu, rada blenyek, isinya rasanya agak...umm...eksotis?..dan di gigitan terakhir tepung nya yang belum mateng masih berasa. Pisang gorengnya waktu masih panas sih enak, tapi dengan suhu di Melben (yang sekali lagi, sungguh tidak senonoh...) langsung dingin, dan jadinya blenyek-berminyak gitu.

Emosi di hati tidak hanya terjadi karena tahu isi. Aku ngantri lagi untuk beli kupon, karena apa daya kupon tinggal 3 lemnbar 50 sen-an, padahal masih pengen es campur dan nasi timbel. Ngantrinya panjaaaaaang, dan begitu tinggal satu orang lagi di depanku sebelum giliranku, masuklah segerombolan cewek sengak kebanyak duit yang kuliah di luar negeri cuma buat keren-kerenan aja (sudah terasa kan betapa emosinya saya?). Mereka langsung berdiri di depan meja pembelian kupon

Cewek Sengak (CS) 1: Ih, lucu ya..belinya pake kupon ginian..

CS 2 : Iya..ditukerinnya disini ya…

CS 3 : Iya..yuk, beli kuponnya yuk..

CS 1 : Eh, ngantri lho booooo’’’’ (percaya deh, dia ngomong dengan nada melengking ber pitch tinggi)

CS 2 : Oh ya? Masa sih? (Hah! Dia pikir barisan orang di depan meja itu lagi ngapain? Main ular naga panjangnya?)

CS 3 : ah, kita antrinya mulai dari sini aja kenapaaa…biarin aja kan bow’.. (sambil mengeluarkan duit dari dompet)

Sampai disini, dengan wajah yang biasanya aku pasang kalo nemuin mahasiswa yang ketangkap basah ngeluarin kerpekan pas lagi ujian, aku langsung nyolek si CS 3

Aku (si-dosen-killer-yang-cerewet): Mbak! Ngantrinya dari belakang!

Si Cewek Sengak 3 sempat menoleh dengan ekspresi emang-siapa-elu ke aku (you know, mata yang agak disipitkan sambil mengernyitkan kening dan alis terangkat sebelah), tapi begitu melihat ekspresiku yang merupakan gambaran wajah pembunuh yang tengah murka, dia langsung bengong, memasukkan kembali dompetnya (sumpah, dia sempet nyaris meloncat ke belakang) dan langsung bergumam.. ”Iya..iya..saya antri..”

Pertemuanku dengan gerombolan Cewek Sengak itu belum kelar. Pas lagi ngantri nasi timbel, gerombolan itu antri pas di belakangku. Sekarang sudah bertambah satu cowok. Kebetulan stand nasi timbel itu juga menjual nasi gudeg

CS 1 : Eh, ini makanan apaan siiiihhh..

CS 2 : (melangkah mundur ke belakang untuk membaca tulisan di atap stand) Nasi timbel sama nasi gudeg

CS 1 : Itu apaan??

CS 2 : Aduh, gua juga ga tau ya booo’’’…..

CS 3 : Emang nasi gudeg itu yang gimana sih? Gua belum pernah deh..

CS 1 : Iya, rasanya bagaimana ya?

CS 2 : Gua belum pernah lho denger makanan nasi gudeg gitu..

CS 3 : Iya..apan itu ya? Aneh deh namanya…

Oh. My. God….

Untunglah pesanan nasi timbel saya udah siap… Kalo enggak, dan saya masih harus mendengarkan obrolan mereka lebih lama lagi… Bisa-bisa mereka saya bikin jadi isi sop buntut dah…

Eniwei…kami pun pulang dengan perut kenyaaaaaaanggg…. Hemm… jadi ga sabar nunggu acara 17an di Konjen nanti… Semoga juga bakal ada tahu isi, tapi ga bikin emosi lagi…

PS: Mind the title, tahu isi dan emosi memang masih nyambung, tapi kata “komplikasi” adalah kata pertama yang terlintas di benak saya supaya berakhiran -si.

Gambar tahu isi n ya pinjem dari sini, dan tahu isi yang dijual kemaren sama sekali ga mirip dengan yang ada di gambar itu.